• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Academic Profile

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Tag Archives: politik

FISIP UMJ Launching Program Studi Magister Ilmu Politik

17 Thursday Dec 2020

Posted by Setiawan in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

ARTIKEL, Blog, indonesia, life, Magister Ilmu Politik, politik, Program Studi, UMJ

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Di tanggal 16 Desember 2020, FISIP UMJ menggelar acara launching Program Studi Magister Ilmu Politik yang dirangkai dengan Seminar Nasional dengan tema: Quo Vadis Pembangunan Politik di Indonesia? Dengan pembicara Wakil Ketua DPR RI Dr. Azis Syamsuddin, Chusnul Mar’iyah (Departemen Ilmu Politik UI), Rahmawati Husein (MDMC), dan Pramono U. Tantowi (KPU RI), dengan dipandu moderator Dr. Endang Sulastri.
Menurut penuturan Dekan FISIP UMJ, Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy, dengan terbitnya SK untuk Program Magister Ilmu Politik, berarti ini merupakan program studi ketujuh di lingkungan FISIP UMJ. Enam program studi lainnya yaitu Ilmu Kesejahteraan Sosial, Administrasi Publik, Ilmu Politik, Magister Ilmu Administrasi dan Magister Ilmu Komunikasi.
“Dengan lahirnya Program Magister Ilmu Politik, ada ikhtiar lain yang tengah kami lakukan, yaitu menggolkan Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Program Doktor Administrasi Publik. Insya Allah, keduanya sedang berproses secara berbarengan,” tutur Ma’mun.
Ma’mun menambahkan, bahwa Insya Allah akan dibuka tiga konsentrasi, yaitu Politik Kebencanaan, Demokrasi dan HAM di Dunia Islam, dan Manajemen Partai Politik dan Tata Kelola Pemilu.
Sebagai pemateri pertama, Chusnul Mar’iyah banyak menyoroti perkembangan demokrasi dan HAM yang semakin memprihatinkan. Disebutnya bahwa praktek demokrasi dan HAM sejak Jokowi menjadi presiden, semakin memburuk. Pada Pilkada yang baru lalu misalnya tercapat cukup banyak daerah dengan calon tunggal. Hal ini disebutnya sebagai bentuk kegagalan demokrasi di Indonesia. Terkait HAM, dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia mengkritisi secara tajam beberapa praktek pelanggaran HAM, termasuk yang paling terkini terkait dengan pembunuhan 6 orang pengikut Habib Rizieq yang dilakukan secara biadab.
Rahmawati Husein lebih banyak menyoroti aspek bencana dari sisi politik. Mbak Amah, biasa disapa menyebut bahwa bencana dalam banyak kasus merupakan produk politik. Sementara sebagai anggota KPU Pusat, Pramono Ubaid Tanthowi mengakui bahwa praktek demokrasi masih belum ideal. Banyak titik-titik lemah dari demokrasi yang perlu pembenahan. Dalam hal yang terkait dengan pelaksanaan pemilu, termasuk pilkada, banyak hal yang perlu untuk diperbaiki, bukan saja terkait regulasi pemilu, tapi juga para kontestan pemilu atau pilkada. (humas)

Sumber:https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/12/17/fisip-umj-launching-program-studi-magister-ilmu-politik/
FISIP UMJ Launching Program Studi Magister Ilmu Politik

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Abu Sayyaf dalam Aksi di Asia Tenggara

01 Sunday May 2016

Posted by Setiawan in Commentary, Global Politics

≈ Leave a comment

Tags

Abu Sayyaf, asia tenggara, politik

Sejak terjadi penyenderaan terhadap warga Indonesia khususnya 10 orang yang kemudian bertambah menjadi 14 orang, maka lanskap politik kawasan di Asia Tenggara telah berubah. Kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina Selatan menjadi salah satu aktor non negara yang memainkan peran lebih besar di kawasan ini. Tidak hanya karena drama penculikan – yang berarti menguasai jalur laut penting – tetapi taktik penyanderaan yang menimbulkan tanda tanya.

Hari Minggu (1 Mei 2016) Abu Sayyaf dilaporkan membebaskan 10 sandera WNI. Jadi tinggal empat yang masih menjadi sandera.

Seorang sandera Kanada baru saja dieksekusi karena tidak ditebus. Tindakan ini menimbulkan keguncangan terhadap berbagai negara termasuk Indonesia. Dengan segala perhitungannya Indonesia masih menahan diri tidak melakukan aksi sendiri terutama sesudah empat orang WNI disandera oleh faksi yang berbeda di tubuh Abu Sayyaf.

Tentu pertanyaan besarnya adalah mengapa mereka menyandera sesama Muslim seperti dari Indonesia? Dalam konteks apa kebijakan mereka berubah ? Apa dampaknya terhadap kawasan Asia Tenggara terutama dari segi keamanan.

Ada dugaan bahwa kampanye negara Islam Suriah dan Irak yang dikenal dengan nama ISIS mengubah perilaku kelompok yang menginginkan negara Islam di Filipina Selatan. Tanda-tanda pengaruh ideologi ISIS terhadap Abu Sayyaf tampak dari dukungan kelompok ini terhadap ISIS. Ideologi ISIS tidak membedakan antara Muslim dan non Muslim. Sejauh ini ISIS hanya membedakan antara yang mendukung Khilafahnya dan yang tidak.
Mereka yang tidak mendukungnya dianggap musuh dan akan diperangi.

Prinsip ini terlihat misalnya dari pembunuhan terhadap umat Islam di Iraq dan Suriah. Mereka tidak mengenal istilah netral atau diam. Ketika tidak mendukung ideologi ISIS maka mereka akan diperangi.

Jika dikaitkan dengan penyanderaan Muslim Indonesia maka ideologi ISIS ini menjadi pembenaran. Dengan permintaan tebusan milyaran rupiah maka sandera dijadikan instrumen menggalang dana.

Sikap ini terjadi karena ISIS dianggap juga membenarkan langkah penyanderaan untuk mengumpulkan dana. Ketika ISIS menaklukan Irak utara, kilang minyak tetap berproduksi dan dijadikan pemasukan untuk memperbesar wilayah dan pengaruhnya.

Analisis bahwa ISIS bisa mengubah perilaku Abu Sayyaf akan memberikan dampak luas tidak hanya pada satu dua negara tetapi terhadap kawasan Asia Tenggara. Simpatisan ISIS di berbagai negara di Asia Tenggara mungkin terinspirasi langkah kelompok Abu Sayyaf.

Wajah Asia Tenggara setidaknya beberapa tahun ini tidak akan sama dengan sebelumnya. Kelompok Abu Sayyaf telah mengubah taktiknya untuk melakukan penyanderaan terhadap warga negara lain di luar Filipina. Jalur ekonomi sudah tersandera juga di sebagian wilayah Asia Tenggara, sementara keamanan maritim juga terancam. Ini merupakan tantangan negara kawasan untuk mengelola wilayah maritim lebih baik lagi. Setidaknya rasa aman harus dibangun kembali untuk keperluan ekonomi. ***

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Menunggu Angin Perubahan di Malaysia

10 Saturday Oct 2015

Posted by Setiawan in Asian Affairs

≈ Leave a comment

Tags

Malaysia, politik, reformasi

Oleh Asep Setiawan

UNJUK rasa yang diklaim melibatkan lebih dari 100 ribu orang di Kuala Lumpur akhir Agustus lalu tergolong langka. Meskipun banyak dituduh sebagai bagian dari aksi kubu oposisi, pengerahan massa dalam jumlah besar itu memiliki makna lebih luas. Peristiwa ini langka karena di Malaysia unjuk rasa bisa berujung penjara akibat ketatnya Akta Keselamatan Dalam Negeri atau Internal Security Act (ISA).

Kehadiran mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad menambah bobot dari urgensi pesan yang disampaikan para pengunjuk rasa. Dengan mengusung demo Bersih 4.0, pesan dan sasarannya jelas. Massa menginginkan perubahan segera setelah terungkap adanya aliran dana ratusan juta dolar AS ke rekening pribadi PM Malaysia Najib Razak. Mereka menuntut empat hal; 1) Pemilu yang bersih, 2) Pemerintah yang bersih, 3) Penyelamatan ekonomi Malaysia, dan 4) Hak membantah (berpendapat).

Kini tinggal menunggu waktu ke mana arah angin perubahan di Malaysia. Apakah akan berujung pada pemakzulan PM Najib atau pada pemilu yang dipercepat. Bisa juga desakan perubahan ini akan berimbas kepada tubuh UMNO di tengah semakin kuatnya kelompok oposisi di parlemen. Setidaknya kasus ini telah memakan korban di tingkat elite, dengan dipecatnya Deputi PM Muhyiddin Yassin dan Jaksa Agung Abdul Gani Patail. Najib juga memecat Shafie Adpal dari jabatan menteri pembangunan perdesaan.

Selama dua dekade PM Mahathir Mohamad berkuasa, 1981-2003, salah satu bentuk pengekangan yang dipeliharanya untuk menstabilkan politik dan memelihara kelanjutan pembangunan ekonomi ialah ISA. Sikap Mahathir yang keras terhadap politik dalam negeri Malaysia ini diikuti oleh suksesornya yakni Abdullah Badawi dan kemudian Najib Razak. Kini, dengan kasus Najib, sebagian masyarakat berharap akan ada perubahan politik.

Tidak kurang pakar politik dari Australia, Harold Crouch (1992), menyebut pemerintah Malaysia sebagai semiautoritarian. Pakar lainnya, William Case (1993), memberi label semidemokrasi. Adapun pakar di Malaysia, Zakaria Haji Ahmad (1989), menilai Malaysia sebagai negara demokrasi semu. Mantan Ketua Wanita UMNO Dr Siti Zaharah menyebut Malaysia menganut apa yang dinamakan ‘pemerintahan yang kuat’.

Reformasi iklim politik
Gerakan reformasi di Indonesia pada 1998 memberi inspirasi kepada negeri jiran tersebut untuk meniru. Saat itu, Deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim menjadi korban politik setelah dipecat oleh Mahathir. Anwar sejak itu menyuarakan gerakan reformasi di Malaysia.

Menurut Prof Dr Shamsul Amri Baharudin dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), ada perbedaan besar antara model kepemimpinan Anwar dan Mahathir. Setelah ada gerakan reformasi di Indonesia, perbedaan itu semakin kentara. Mahathir, kata Shamsul, mendasarkan model kepemimpinannya kepada kewirausahaan. Semua pesan dan tekanan Mahathir adalah membangkitkan sikap-sikap entrepreneur terutama etnik Melayu di Malaysia. Adapun Anwar Ibrahim, kata Syamsul, menekankan model kepemimpinan apa yang disebut keadilan sosial. Anwar dalam pesan-pesannya selalu menekankan kepada keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Malaysia terutama juga etnik Melayu.

Dengan penekanan akan keadilan sosial itulah, Anwar memperjuangkan perubahan dalam demokrasi di Malaysia yang berdasarkan pada pembagian etnik. Politik Malaysia tidak bisa lepas dari politik aliran, politik berdasarkan garis etnik. Ada parpol berbasis Melayu seperti United Malays National Organization (UMNO), berbasis Tionghoa seperti Malaysian Chinese Association (MCA), dan berbasis etnik keturunan India dalam Malaysian Indian Congress (MIC). Sejauh ini perjuangan Anwar baru melahirkan Partai Keadilan Nasional yang semakin besar dan melibatkan multietnik sehingga namanya berubah menjadi Partai Keadilan Rakyat.

Di parlemen Malaysia, hasil pemilu 2013 gabungan kekuatan oposisi sudah mencapai 89 kursi, sedangkan koalisi berkuasa Barisan Nasional merebut 133 kursi parlemen. Bandingkan dengan 2008, ketika koalisi berkuasa yakni MCA, MIC, dan UMNO, menguasai 140 kursi. Suara oposisi semakin lama semakin kuat, tetapi belum menentukan. Mereka yang berada di luar pemerintah bersatu untuk menggugat kepemimpinan Najib.

Angin perubahan
Dengan modal sekitar 40% kursi di parlemen, kubu oposisi menggunakan momentum tuduhan korupsi terhadap Najib sebagai pemicu untuk mendorong reformasi di Malaysia. Angin perubahan ini masih akan berproses karena sangat tergantung beberapa hal. Antara lain, seberapa besar tekanan yang bisa dilakukan oleh pemerintahan Najib terhadap para pengikut oposisi. Sudah ada tanda-tanda para pendukung unjuk rasa diperiksa dan ditanya motifnya. Bahkan terhadap Mahathir juga sudah ada indikasi untuk diperiksa.

Kedua, bagaimana kelanjutan pengungkapan dugaan aliran uang ke rekening Najib bisa meyakinkan publik bahwa ada masalah dengan dana tersebut. Kecaman terhadap Najib itu berawal dari laporan surat kabar Wall Street Journal tentang adanya aliran dana US$700 juta (hampir Rp10 triliun) ke rekening pribadinya dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB), sebuah lembaga yang dibentuknya pada 2009 dengan tujuan membuat Kuala Lumpur menjadi pusat keuangan.

Ketiga, sebenarnya kehadiran Mahathir mendukung pengusutan kasus ini dan mendorong PM Najib mempertanggungjawabkan aliran dana ke rekeningnya. Namun, Mahathir tidak lagi banyak pe­ngaruhnya. Keempat, sejauh ini jika melihat fenomena monumental unjuk rasa besar seperti terjadi titik temu antara Mahathir dan para pendukung Anwar Ibrahim. Bahkan istri Anwar, Wan Azizah, melakukan orasi di tengah unjuk rasa yang mengecam Najib.

Berbeda dengan Indonesia yang ada dukungan kelas menengah dan sebagian kalangan militer, desakan perubahan di Malaysia kurang mendapat respons kelas menengah yang sudah menikmati kue pembangunan. Dalam istilah di Malaysia, jika warga sudah puas dengan ekonomi, tidak ada pemicu untuk terjadinya perubahan fundamental. Di sinilah uniknya Malaysia. Ada pendapat kuat bahwa kemakmuran ekonomi menyebabkan warga Malaysia enggan mempertanyakan isu-isu politik termasuk soal korupsi di tingkat elite. Kubu oposisi masih bisa menggalang kekuatan opini, tetapi Najib dkk tidak akan tinggal diam. Bisa saja dalam perkembangan selanjutnya, Najib masih akan mempertahankan posisinya meskipun di tubuh UMNO jelas sudah ada sikap yang berbeda. Pemecatan Muhyiddin Yassin menjadi bukti.

 

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/15198/Menunggu-Angin-Perubahan-Baru-di-Malaysia/2015/09/09

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...
← Older posts

Recent Posts

  • Bencana Alam di Sumatera: Pemicu dan Solusi Berkelanjutan
  • Statecraft 3.0: AI dan Masa Depan Diplomasi
  • Perang Dagang Amerika-China 2025: Analisis Implikasi terhadap Ekonomi Asia Tenggara
  • Strategi Palestina Pasca Pengakuan Internasional
  • Perjuangan Palestina: Dari Pengakuan ke Kedaulatan Efektif

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Academic Profile
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Subscribe Subscribed
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Subscribe Subscribed
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
%d