• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Category Archives: Asian Affairs

Hubungan Internasional di Asia Timur

23 Monday Aug 2021

Posted by Setiawan in asia tenggara, Asian Affairs, Books, Books, Hubungan Internasional, International Relations

≈ Leave a comment

Tags

Asep Setiawan, asia tenggara, Asia Timur, hubungan internasional, Politik Internasional

Buku baru telah terbit yang akan menghantarkan Anda memahami bagaimana situasi kontemporer di kawasan ini serta bagaimana dinamikanya baik secara konseptual dan secara tematik.

Asia Timur merupakan kawasan penting di dunia karena pada dua dasa warsa terakhir melahirkan negara besar seperti China. Kawasan ini juga menjadi wadah bagi sub-kawasan yang tidak kurang pentingnya dalam Hubungan Internasional di Asia Timur yakni Asia Tenggara. Buku ini mencoba menjelaskan bagaimana pendekatan konseptual dalam memahami Hubungan Internasional di Asia Timur. Kemudian sejumlah bagian dari buku ini menjelaskan isu-isu penting Hubungan Internasional di Asia Timur mulai dari isu-isu keamanan tradisional seperti persaingan militer dan sengketa perbatasan terutama di Laut China Selatan. Buku ini juga menyentuh isu penting dampak globalisasi ekonomi di kawasan Asia Timur dan isu-isu keamanan non tradisional seperti terorisme, perdagangan manusia termasuk ancaman COVID-19.

Untuk pemesanan gampang saja di era sekarang ini tinggal klik :

Penerbit Buku Leutikaprio

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

ASEAN Members Diversity Need Dynamic Policies

14 Monday Mar 2016

Posted by Setiawan in asia tenggara, Asian Affairs, Commentary, Hubungan Internasional, Journal Articles

≈ Leave a comment

Tags

ASEAN, asia tenggara, Awareness

ASEAN Members Diversity Need Dynamic Policies

By Asep Setiawan[1]

INTRODUCTION

The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) has been in the region for more than 48 years. During that time ASEAN has achieved some of its goals and mission. ASEAN transforms from several members become ten members which cover all Southeast Asia region. Initial focus of ASEAN is on political stability and security. But later, ASEAN want to be the big family which helping each other in term of economic and social development.

At this stage of ASEAN enter community based policy, occur some problems which are not handled before. From several survey including by The ASEAN Secretariat, some skepticism raised, doubt even pessimism among ASEAN people. These perceptions might come from lack of knowledge about ASEAN.

The paper will address problem on lack of ASEAN awareness from two approaches. Firstly, there are diversities among ASEAN members in term of political system and stages of their development. Secondly, different situation of members ASEAN demand dynamic policies to get better result.

UNITY IN DIVERSITY

Commitment of ASEAN members to create environment that support their development in harmony has been in mind of founders. It was implication of situation that time such as Cold War in the World Politics and its confrontation among Southeast Asian countries. Members ASEAN seems do not want to involve on Superpower conflict and competition.

Not all Southeast Asian countries accept ASEAN mission when it was established. Sense of suspicious remains at that time so some of countries reluctant to join ASEAN.  ASEAN transform from five become ten members.

If we look closer on political system of members state and economic development there are gaps and differences. Based on democratic political system it is clear that ASEAN members have differences in their nature. That’s makes ASEAN unique.  Andreas Ufen (2007) presents table of democracy level in Southeast Asia.[2]

From table above it seems that member of ASEAN has certain variety in political life. That political system will influence level of awareness of ASEAN. Even if we look at economic development, make us clear that there are different levels of prosperity.[3]

DYNAMIC POLICIES

In order to achieve goals in socialization of ASEAN to grass root or at least to wider public in Southeast Asia there is need different policy for each members. For countries which classified as higher level of democracy, level of involvement public could be larger. Government here can be passive party but NGO and people get involve directly.

For some countries with different political system where government is dominant, different policies are applied. For example, government has responsibility to push socialization through government bodies.

And for some members where government is the only source of authority, campaign could be effective by certain ministry or high level officials.

SUMMARY

ASEAN approaches half century of it’s exist but policy to spread ASEAN ideas toward grass root becoming stronger when ASEAN enter community policy this year.

If we look at character of members ASEAN it is clear that the policies to increase awareness on unity of ASEAN should be done differently.

With different character and situation of every members of ASEAN, scale of priority is either different. Here, ASEAN need flexible and dynamic policies in order to make people of ASEAN aware the importance such regional organization that will help them.***

 

 

 

 

 

References

ADB and ILO, ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok, Thailand: ILO and ADB, 2014.

Joshua Kurlantzick,ASEAN’s Future and Asian Integration. Council on Foreign Relations,  2012

Lunn, Jon and Gavin Thompson, Southeast Asia: A political and economic introduction. London, House of Commons, 2011

The ASEAN Secretariat, ASEAN Economic Community Blueprint. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2008.

Thompson, Eric C. and Chulanee Thiantha, Attitudes and Awareness toward ASEAN: Findings of a Ten Nation Survey. ASEAN Foundation, 2007.

Ufen, Andreas, Political Party and Party System Institutionalisation in Southeast Asia: A Comparison of Indonesia, the Philippines, and Thailand, GIGA Research Programme, 2007.

[1] Asep Setiawan is lecturer Department of Politics, University of Muhammadiyah Jakarta

[2] Andreas Ufen, Political Party and Party System Institutionalisation in Southeast Asia: A Comparison of Indonesia, the Philippines,  and Thailand, GIGA Research Programme, 2007

[3] ADB, ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok, Thailand: ILO and ADB, 2014.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Menunggu Angin Perubahan di Malaysia

10 Saturday Oct 2015

Posted by Setiawan in Asian Affairs

≈ Leave a comment

Tags

Malaysia, politik, reformasi

Oleh Asep Setiawan

UNJUK rasa yang diklaim melibatkan lebih dari 100 ribu orang di Kuala Lumpur akhir Agustus lalu tergolong langka. Meskipun banyak dituduh sebagai bagian dari aksi kubu oposisi, pengerahan massa dalam jumlah besar itu memiliki makna lebih luas. Peristiwa ini langka karena di Malaysia unjuk rasa bisa berujung penjara akibat ketatnya Akta Keselamatan Dalam Negeri atau Internal Security Act (ISA).

Kehadiran mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad menambah bobot dari urgensi pesan yang disampaikan para pengunjuk rasa. Dengan mengusung demo Bersih 4.0, pesan dan sasarannya jelas. Massa menginginkan perubahan segera setelah terungkap adanya aliran dana ratusan juta dolar AS ke rekening pribadi PM Malaysia Najib Razak. Mereka menuntut empat hal; 1) Pemilu yang bersih, 2) Pemerintah yang bersih, 3) Penyelamatan ekonomi Malaysia, dan 4) Hak membantah (berpendapat).

Kini tinggal menunggu waktu ke mana arah angin perubahan di Malaysia. Apakah akan berujung pada pemakzulan PM Najib atau pada pemilu yang dipercepat. Bisa juga desakan perubahan ini akan berimbas kepada tubuh UMNO di tengah semakin kuatnya kelompok oposisi di parlemen. Setidaknya kasus ini telah memakan korban di tingkat elite, dengan dipecatnya Deputi PM Muhyiddin Yassin dan Jaksa Agung Abdul Gani Patail. Najib juga memecat Shafie Adpal dari jabatan menteri pembangunan perdesaan.

Selama dua dekade PM Mahathir Mohamad berkuasa, 1981-2003, salah satu bentuk pengekangan yang dipeliharanya untuk menstabilkan politik dan memelihara kelanjutan pembangunan ekonomi ialah ISA. Sikap Mahathir yang keras terhadap politik dalam negeri Malaysia ini diikuti oleh suksesornya yakni Abdullah Badawi dan kemudian Najib Razak. Kini, dengan kasus Najib, sebagian masyarakat berharap akan ada perubahan politik.

Tidak kurang pakar politik dari Australia, Harold Crouch (1992), menyebut pemerintah Malaysia sebagai semiautoritarian. Pakar lainnya, William Case (1993), memberi label semidemokrasi. Adapun pakar di Malaysia, Zakaria Haji Ahmad (1989), menilai Malaysia sebagai negara demokrasi semu. Mantan Ketua Wanita UMNO Dr Siti Zaharah menyebut Malaysia menganut apa yang dinamakan ‘pemerintahan yang kuat’.

Reformasi iklim politik
Gerakan reformasi di Indonesia pada 1998 memberi inspirasi kepada negeri jiran tersebut untuk meniru. Saat itu, Deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim menjadi korban politik setelah dipecat oleh Mahathir. Anwar sejak itu menyuarakan gerakan reformasi di Malaysia.

Menurut Prof Dr Shamsul Amri Baharudin dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), ada perbedaan besar antara model kepemimpinan Anwar dan Mahathir. Setelah ada gerakan reformasi di Indonesia, perbedaan itu semakin kentara. Mahathir, kata Shamsul, mendasarkan model kepemimpinannya kepada kewirausahaan. Semua pesan dan tekanan Mahathir adalah membangkitkan sikap-sikap entrepreneur terutama etnik Melayu di Malaysia. Adapun Anwar Ibrahim, kata Syamsul, menekankan model kepemimpinan apa yang disebut keadilan sosial. Anwar dalam pesan-pesannya selalu menekankan kepada keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Malaysia terutama juga etnik Melayu.

Dengan penekanan akan keadilan sosial itulah, Anwar memperjuangkan perubahan dalam demokrasi di Malaysia yang berdasarkan pada pembagian etnik. Politik Malaysia tidak bisa lepas dari politik aliran, politik berdasarkan garis etnik. Ada parpol berbasis Melayu seperti United Malays National Organization (UMNO), berbasis Tionghoa seperti Malaysian Chinese Association (MCA), dan berbasis etnik keturunan India dalam Malaysian Indian Congress (MIC). Sejauh ini perjuangan Anwar baru melahirkan Partai Keadilan Nasional yang semakin besar dan melibatkan multietnik sehingga namanya berubah menjadi Partai Keadilan Rakyat.

Di parlemen Malaysia, hasil pemilu 2013 gabungan kekuatan oposisi sudah mencapai 89 kursi, sedangkan koalisi berkuasa Barisan Nasional merebut 133 kursi parlemen. Bandingkan dengan 2008, ketika koalisi berkuasa yakni MCA, MIC, dan UMNO, menguasai 140 kursi. Suara oposisi semakin lama semakin kuat, tetapi belum menentukan. Mereka yang berada di luar pemerintah bersatu untuk menggugat kepemimpinan Najib.

Angin perubahan
Dengan modal sekitar 40% kursi di parlemen, kubu oposisi menggunakan momentum tuduhan korupsi terhadap Najib sebagai pemicu untuk mendorong reformasi di Malaysia. Angin perubahan ini masih akan berproses karena sangat tergantung beberapa hal. Antara lain, seberapa besar tekanan yang bisa dilakukan oleh pemerintahan Najib terhadap para pengikut oposisi. Sudah ada tanda-tanda para pendukung unjuk rasa diperiksa dan ditanya motifnya. Bahkan terhadap Mahathir juga sudah ada indikasi untuk diperiksa.

Kedua, bagaimana kelanjutan pengungkapan dugaan aliran uang ke rekening Najib bisa meyakinkan publik bahwa ada masalah dengan dana tersebut. Kecaman terhadap Najib itu berawal dari laporan surat kabar Wall Street Journal tentang adanya aliran dana US$700 juta (hampir Rp10 triliun) ke rekening pribadinya dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB), sebuah lembaga yang dibentuknya pada 2009 dengan tujuan membuat Kuala Lumpur menjadi pusat keuangan.

Ketiga, sebenarnya kehadiran Mahathir mendukung pengusutan kasus ini dan mendorong PM Najib mempertanggungjawabkan aliran dana ke rekeningnya. Namun, Mahathir tidak lagi banyak pe­ngaruhnya. Keempat, sejauh ini jika melihat fenomena monumental unjuk rasa besar seperti terjadi titik temu antara Mahathir dan para pendukung Anwar Ibrahim. Bahkan istri Anwar, Wan Azizah, melakukan orasi di tengah unjuk rasa yang mengecam Najib.

Berbeda dengan Indonesia yang ada dukungan kelas menengah dan sebagian kalangan militer, desakan perubahan di Malaysia kurang mendapat respons kelas menengah yang sudah menikmati kue pembangunan. Dalam istilah di Malaysia, jika warga sudah puas dengan ekonomi, tidak ada pemicu untuk terjadinya perubahan fundamental. Di sinilah uniknya Malaysia. Ada pendapat kuat bahwa kemakmuran ekonomi menyebabkan warga Malaysia enggan mempertanyakan isu-isu politik termasuk soal korupsi di tingkat elite. Kubu oposisi masih bisa menggalang kekuatan opini, tetapi Najib dkk tidak akan tinggal diam. Bisa saja dalam perkembangan selanjutnya, Najib masih akan mempertahankan posisinya meskipun di tubuh UMNO jelas sudah ada sikap yang berbeda. Pemecatan Muhyiddin Yassin menjadi bukti.

 

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/15198/Menunggu-Angin-Perubahan-Baru-di-Malaysia/2015/09/09

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...
← Older posts

Recent Posts

  • Random scenarios for Ukraine War
  • Politik Luar Negeri Iran
  • Omicron di Inggris
  • Anugerah Dewan Pers 2021, Jawa Barat Peringkat 2 Kategori Indeks Kemerdekaan Pers Tertinggi
  • Dewan Pers Dorong Jurnalis Ikut UKW Hingga Tingkat Tertinggi

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Follow Following
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...
 

    loading Cancel
    Post was not sent - check your email addresses!
    Email check failed, please try again
    Sorry, your blog cannot share posts by email.
    %d bloggers like this: