• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Tag Archives: asia tenggara

Pemilu Malaysia,Pertarungan Najib-Mahathir

07 Monday May 2018

Posted by Editor in asia tenggara, Hubungan Internasional

≈ Leave a comment

Tags

asia tenggara, Malaysia, pemilu

Penulis: Asep Setiawan Kepala Media Research Center Metro TV Pada: Sabtu, 05 Mei 2018, 00:25 WIB Opini
 

Pemilu Malaysia,Pertarungan Najib-Mahathir

AFP PHOTO / Mohd RASFAN

PEMILU 9 Mei 2018 di Malaysia nanti secara tidak langsung mempertunjukkan persaingan dua tokoh besar. PM Najib Razak, 65, yang memimpin Barisan Nasional (BN) akan menghadapi mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad yang tahun ini berusia 93 tahun yang melakukan manuver dengan kelompok koalisi baru Pakatan Harapan (PH). Basis kedua koalisi ini relatif sama dengan basis politik aliran di Malaysia yang menyertakan etnik Melayu, Tiongkok, dan India.

Mengapa pertarungan dua tokoh ini akan menentukan? Bagaimanapun nama Mahathir adalah tokoh yang memiliki karisma dengan pengalaman memimpin negeri jiran selama 22 tahun. Tentu banyak catatan positif yang diwariskan Mahathir terhadap Malaysia, selain sikapnya yang keras.

Meski sudah berusia lanjut, Mahathir berani terjun kembali ke politik praktis karena antara lain melihat perilaku penyimpangan seperti sikap koruptif di kalangan pucuk pimpinan Malaysia.

Namun, PM Najib Razak bukanlah politisi baru di kancah dinamika politik aliran Malaysia. Najib putra pendiri dan PM kedua Malaysia Tun Abdul Razak Hussein. Najib merupakan tokoh sentral yang ingin mempertahankan citranya sebagai tokoh Malaysia terdepan, sekalipun harus berhadapan dengan mentornya. Kemenangan pemilu Mei ini menentukan nasibnya memegang kendali pemerintahan baik di hadapan partainya UMNO dan juga mitranya, Malaysia Chinese Association (MCA) dan Malaysian Indian Congress (MIC) yang masuk BN.

Andalan Mahathir
Apa yang menjadi andalan Mahathir dalam menghadapi pemilu kali ini? Modal kekuatan Mahathir tidak boleh dianggap enteng. Dengan semangatnya sebagai tokoh senior Malaysia, Mahathir masih menjadi magnet kaum Melayu di negeri ini. Rekam jejak Mahathir juga yang dapat diandalkan ialah bersihnya dari skandal korupsi yang justru sekarang melanda pemerintahan PM Najib Razak.

Dapat dikatakan, jika andalan kelompok pendukung Mahathir ialah nama besar mantan PM yang memerintah Malaysia dari 1981-2003. Dengan bekal nama Mahathir, ikon pemimpin ini dijadikan andalan merebut para pemilih.

Mahathir yang berbekal Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang didirikan pada 2016 hanya mendapatkan satu kursi di parlemen. Jika dihitung partai oposisi lainnya yang sekarang masuk Pakatan Harapan, jumlahnya cukup besar dengan kursi mencapai 77 kursi jika Partai Islam Semalaysia (PAS) diduga sudah dekat ke BN.

Partai Amanah, pemisahan dari Partai Islam Semalaysia (PAS) menguasai 7 kursi, sedangkan kelompok oposisi lain yang sudah cukup lama seperti Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang didirikan mantan PM Anwar Ibrahim mencapai 28 kursi, dan Democratic Action Party (DAP) mencapai 36 kursi, masih konsisten tidak bergabung ke dalam BN.

Dengan adanya gabungan kekuatan Mahathir yang namanya jadi ikon Malaysia bergabung dengan tokoh oposisi lama yang digulingkannya, yakni Anwar Ibrahim, ini juga menjadi salah satu andalan koalisi harapan. Anwar Ibrahim yang digulingkan pada 1998 ikut pemilu dan menang, kemudian dilarang berpolitik sampai Juni 2018. Dengan kata lain, karena kepentingan bersama, Mahathir dan Anwar dipandang sedang rujuk menghadapi Pemilu 2018. Tentu kekuatan dua tokoh nasional Malaysia ini tidak dapat dianggap remeh Najib Razak.

Mahathir juga memiliki kekuatan isu yang jadi sorotan publik tahun terakhir, yakni skandal megakorupsi dana 1MDB yang diduga sekitar US$700 miliar masuk rekening pribadi Najib Razak.

Andalan Najib
Bergabungnya kekuatan Mahathir dan Anwar dalam Pakatan Harapan tidak serta merta meruntuhkan dominasi BN pimpinan Najib di Dewan Rakyat. Di tubuh parlemen Malaysia sekarang kekuatan koalisi Pakatan Harapan (PH) belum mengancam langsung BN.

Parlemen masih dikuasai Barisan Nasional (BN) dengan UMNO yang mengantongi 86 kursi, Malaysia Chinese Association (MCA) 7 kursi, dan Malaysian Indian Congress (MIC) 4 kursi, serta anggota koalisi BN lainnya 35, praktis menduduki mayoritas kursi dengan jumlah total 132 kursi lebih dari setengah kursi parlemen yang berjumlah 222. Jika PAS 13 kursi yang sekarang dekat BN dimasukkan ke koalisi pimpinan Najib Razak ini praktis sudah mengumpulkan 145 kursi.

Mengenai persepsi publik terhadap skandal korupsi ini menunjukkan hanya 3% warga yang mempertanyakan integritas Najib. Jadi, dapat dikatakan nama Najib masih menjadi jaminan kepemimpinan di Malaysia walaupun tingkat popularitasnya turun mencapai 20% pada 2015.

Najib juga masih bisa mengandalkan kinerja ekonomi Malaysia yang masih kuat dengan pertumbuhan 2017 mencapai 5,8 %, angka tertinggi sejak 2014. Hanya pertumbuhan tinggi ini tidak dinikmati semua warga karena tertahannya kenaikan gaji dan naiknya biaya hidup.

Dalam jajak pendapat pada Maret 2018, 42% pemilih masih mendukung Barisan Nasional. Angka di bawah 50% ini menguntungkan kelompok oposisi sehingga rata-rata tingkat popularitas Pakatan Harapan bisa mencapai 65%. Pemerintahan Najib menyadari kelemahan ini maka menjelang Pilihan Raya, pada Maret diadakan perubahan aturan mengenai pemetaan suara dan perolehan kursi parlemen.

Berdasarkan aturan baru ini pemerintah menyatukan daerah pendukung oposisi ke dalam satu konstituen. Konsekuensinya, kelompok oposisi hanya mendapatkan satu kursi meski suara yang dihimpun lebih banyak. Perubahan mendadak ini langsung menjadi heboh nasional di Malaysia. Namun, putusan ini jelas menguntungkan koalisi yang berkuasa.

Tidak hanya mengubah pemetaan perolehan suara, pemerintahan Najib pada 2 April lalu juga mengeluarkan UU Antiberita Palsu. Berdasarkan perangkat hukum baru ini, penyebar berita palsu dapat dihukum maksimal 6 tahun penjara dan denda hingga 500 ribu ringgit (Rp1,8 miliar).

Di tengah hadirnya Akta Keamanan Dalam Negeri dan juga Akta Hasutan, PM Najib dan koalisinya akan leluasa memanfaatkan media baru tanpa diserang berita-berita bohong yang menjadi fenomena pemilu di beberapa negara. Dua perangkat politik ini juga menjadi kekuatan penguasa melanjutkan dominasinya di Malaysia.

Dengan lanskap persaingan dua tokoh besar ini-sementara Anwar masih dilarang berpolitik sampai Juni nanti-maka pemilu Malaysia menjadi perhatian internasional. BN bagaimanapun tengah mengalami kemerosotan terutama sejak Pemilu 2013, yakni kelompok partai pembangkang menikmati kenaikan jumlah kursi di parlemen.

Perubahan itu tidak hanya karena variasi isu, yakni oposisi menggunakan isu memajukan etnik Melayu agar hak bumiputera diperluas. Namun, juga memanfaatkan kehadiran Mahathir dengan Parti Pribumi Bersatu Malaysia, dengan isu yang sangat melekat kepada kepentingan mayoritas etnik Melayu dari sekitar 32 juta rakyat Malaysia.

http://www.mediaindonesia.com/read/detail/158972-pemilu-malaysiapertarungan-najib-mahathir.html

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Abu Sayyaf dalam Aksi di Asia Tenggara

01 Sunday May 2016

Posted by Editor in Commentary, Global Politics

≈ Leave a comment

Tags

Abu Sayyaf, asia tenggara, politik

Sejak terjadi penyenderaan terhadap warga Indonesia khususnya 10 orang yang kemudian bertambah menjadi 14 orang, maka lanskap politik kawasan di Asia Tenggara telah berubah. Kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina Selatan menjadi salah satu aktor non negara yang memainkan peran lebih besar di kawasan ini. Tidak hanya karena drama penculikan – yang berarti menguasai jalur laut penting – tetapi taktik penyanderaan yang menimbulkan tanda tanya.

Hari Minggu (1 Mei 2016) Abu Sayyaf dilaporkan membebaskan 10 sandera WNI. Jadi tinggal empat yang masih menjadi sandera.

Seorang sandera Kanada baru saja dieksekusi karena tidak ditebus. Tindakan ini menimbulkan keguncangan terhadap berbagai negara termasuk Indonesia. Dengan segala perhitungannya Indonesia masih menahan diri tidak melakukan aksi sendiri terutama sesudah empat orang WNI disandera oleh faksi yang berbeda di tubuh Abu Sayyaf.

Tentu pertanyaan besarnya adalah mengapa mereka menyandera sesama Muslim seperti dari Indonesia? Dalam konteks apa kebijakan mereka berubah ? Apa dampaknya terhadap kawasan Asia Tenggara terutama dari segi keamanan.

Ada dugaan bahwa kampanye negara Islam Suriah dan Irak yang dikenal dengan nama ISIS mengubah perilaku kelompok yang menginginkan negara Islam di Filipina Selatan. Tanda-tanda pengaruh ideologi ISIS terhadap Abu Sayyaf tampak dari dukungan kelompok ini terhadap ISIS. Ideologi ISIS tidak membedakan antara Muslim dan non Muslim. Sejauh ini ISIS hanya membedakan antara yang mendukung Khilafahnya dan yang tidak.
Mereka yang tidak mendukungnya dianggap musuh dan akan diperangi.

Prinsip ini terlihat misalnya dari pembunuhan terhadap umat Islam di Iraq dan Suriah. Mereka tidak mengenal istilah netral atau diam. Ketika tidak mendukung ideologi ISIS maka mereka akan diperangi.

Jika dikaitkan dengan penyanderaan Muslim Indonesia maka ideologi ISIS ini menjadi pembenaran. Dengan permintaan tebusan milyaran rupiah maka sandera dijadikan instrumen menggalang dana.

Sikap ini terjadi karena ISIS dianggap juga membenarkan langkah penyanderaan untuk mengumpulkan dana. Ketika ISIS menaklukan Irak utara, kilang minyak tetap berproduksi dan dijadikan pemasukan untuk memperbesar wilayah dan pengaruhnya.

Analisis bahwa ISIS bisa mengubah perilaku Abu Sayyaf akan memberikan dampak luas tidak hanya pada satu dua negara tetapi terhadap kawasan Asia Tenggara. Simpatisan ISIS di berbagai negara di Asia Tenggara mungkin terinspirasi langkah kelompok Abu Sayyaf.

Wajah Asia Tenggara setidaknya beberapa tahun ini tidak akan sama dengan sebelumnya. Kelompok Abu Sayyaf telah mengubah taktiknya untuk melakukan penyanderaan terhadap warga negara lain di luar Filipina. Jalur ekonomi sudah tersandera juga di sebagian wilayah Asia Tenggara, sementara keamanan maritim juga terancam. Ini merupakan tantangan negara kawasan untuk mengelola wilayah maritim lebih baik lagi. Setidaknya rasa aman harus dibangun kembali untuk keperluan ekonomi. ***

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

ASEAN Members Diversity Need Dynamic Policies

14 Monday Mar 2016

Posted by Editor in asia tenggara, Asian Affairs, Commentary, Hubungan Internasional, Journal Articles

≈ Leave a comment

Tags

ASEAN, asia tenggara, Awareness

ASEAN Members Diversity Need Dynamic Policies

By Asep Setiawan[1]

INTRODUCTION

The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) has been in the region for more than 48 years. During that time ASEAN has achieved some of its goals and mission. ASEAN transforms from several members become ten members which cover all Southeast Asia region. Initial focus of ASEAN is on political stability and security. But later, ASEAN want to be the big family which helping each other in term of economic and social development.

At this stage of ASEAN enter community based policy, occur some problems which are not handled before. From several survey including by The ASEAN Secretariat, some skepticism raised, doubt even pessimism among ASEAN people. These perceptions might come from lack of knowledge about ASEAN.

The paper will address problem on lack of ASEAN awareness from two approaches. Firstly, there are diversities among ASEAN members in term of political system and stages of their development. Secondly, different situation of members ASEAN demand dynamic policies to get better result.

UNITY IN DIVERSITY

Commitment of ASEAN members to create environment that support their development in harmony has been in mind of founders. It was implication of situation that time such as Cold War in the World Politics and its confrontation among Southeast Asian countries. Members ASEAN seems do not want to involve on Superpower conflict and competition.

Not all Southeast Asian countries accept ASEAN mission when it was established. Sense of suspicious remains at that time so some of countries reluctant to join ASEAN.  ASEAN transform from five become ten members.

If we look closer on political system of members state and economic development there are gaps and differences. Based on democratic political system it is clear that ASEAN members have differences in their nature. That’s makes ASEAN unique.  Andreas Ufen (2007) presents table of democracy level in Southeast Asia.[2]

From table above it seems that member of ASEAN has certain variety in political life. That political system will influence level of awareness of ASEAN. Even if we look at economic development, make us clear that there are different levels of prosperity.[3]

DYNAMIC POLICIES

In order to achieve goals in socialization of ASEAN to grass root or at least to wider public in Southeast Asia there is need different policy for each members. For countries which classified as higher level of democracy, level of involvement public could be larger. Government here can be passive party but NGO and people get involve directly.

For some countries with different political system where government is dominant, different policies are applied. For example, government has responsibility to push socialization through government bodies.

And for some members where government is the only source of authority, campaign could be effective by certain ministry or high level officials.

SUMMARY

ASEAN approaches half century of it’s exist but policy to spread ASEAN ideas toward grass root becoming stronger when ASEAN enter community policy this year.

If we look at character of members ASEAN it is clear that the policies to increase awareness on unity of ASEAN should be done differently.

With different character and situation of every members of ASEAN, scale of priority is either different. Here, ASEAN need flexible and dynamic policies in order to make people of ASEAN aware the importance such regional organization that will help them.***

 

 

 

 

 

References

ADB and ILO, ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok, Thailand: ILO and ADB, 2014.

Joshua Kurlantzick,ASEAN’s Future and Asian Integration. Council on Foreign Relations,  2012

Lunn, Jon and Gavin Thompson, Southeast Asia: A political and economic introduction. London, House of Commons, 2011

The ASEAN Secretariat, ASEAN Economic Community Blueprint. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2008.

Thompson, Eric C. and Chulanee Thiantha, Attitudes and Awareness toward ASEAN: Findings of a Ten Nation Survey. ASEAN Foundation, 2007.

Ufen, Andreas, Political Party and Party System Institutionalisation in Southeast Asia: A Comparison of Indonesia, the Philippines, and Thailand, GIGA Research Programme, 2007.

[1] Asep Setiawan is lecturer Department of Politics, University of Muhammadiyah Jakarta

[2] Andreas Ufen, Political Party and Party System Institutionalisation in Southeast Asia: A Comparison of Indonesia, the Philippines,  and Thailand, GIGA Research Programme, 2007

[3] ADB, ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok, Thailand: ILO and ADB, 2014.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Recent Posts

  • Books on International Relations
  • Repository Academic
  • Bincang Dewan Pers : Urgensi Verifikasi Media
  • Bincang Dewan Pers
  • Ancaman Covid-19 Masih Tinggi di Indonesia

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.
Cancel

 
Loading Comments...
Comment
    ×
    %d bloggers like this: