• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Tag Archives: Amerika Serikat

Amerika Serikat Hadapi Covid-19

24 Wednesday Jun 2020

Posted by Setiawan in Global Politics

≈ Leave a comment

Tags

Amerika Serikat, china, covid-19, virus corona

More than 100 days into the coronavirus pandemic, here’s where things stand in the United States: 2.3 million people have been infected, and some 120,000 people — more than in any other country — have died. Early epicenters like New York and New Jersey appear to have gotten their outbreaks under control, but several new hot spots have emerged, including in Florida, Texas and Arizona, where daily case counts are higher than ever.

Demikian kalimat dalam editorial New York Times 23 Juni 2020. Dilema antara kepentingan elit politik dengan kenyataan bahwa virus corona ini sulit dikendalikan menjadi bagian tak terpisahkan bagaimana korban di Amerika Serikat menduduki ranking 1.

Idealnya sebuah negara adidaya seperti Amerika Serikat “mudah” menghadapi ancaman pandemi ini. Alasannya antara lain, pemerintahan modern, teknologi yang canggih, infrastruktur kesehatan yang memadai ditambah lagi anggaran yang relatif besar.

Lalu mengapa jumlah penderita pandemi ini terus bertambah? Salah satu yang diduga penyebab bukan ketidakmampuan aparatur kesehatan atau kekurangan anggaran namun leadership yang lemah. Leadership saat ini dibayangi kepentingan pemilu 2020 daripada memfokuskan kepada penyehatan rakyatnya.

Ini menjadi pembelajaran bagi banyak negara bahwa jika leadership yang diberi amanat menjaga negara, menaga rakyat sibuk dengan kepentingan dirinya agar terpilih kembali maka yang jadi korban adalah rakyat kebanyakan. Pilihan kebijakan menjadi bias. Perdebatan kebijakan juga tidak lagi bisa berimbang karena kursi leadership itu yang diincar.

Bandingkan dengan negara lain seperti China dan Rusia misalnya. Ketika China harus menghadapi virus corona pertama kali di Wuhan sejak Desember, leadership nya tegas dan fokus kepada penyelamatan. Lockdown sekitar dua atau tiga bulan dan nyaris selesai.

Crisis leadership, sebagian pihak menyebut menjadi penting jika tidak dikaitkan denga kursi pemilu.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

MELONGOK KEPENTINGAN AS

10 Monday Nov 2008

Posted by Setiawan in Archives, Middle East

≈ Leave a comment

Tags

Amerika Serikat, Teluk

                       

     MENGAPA AS menilai penting Teluk Parsi? “Apa yang dipertaruhkan adalah lebih dari sekadar ekonomi atau minyak. Apa yang menjadi taruhan adalah, apakah negara-negara di dunia mampu bersama-sama berdiri menentang agresi, apakah kita hidup di dunia yang diatur hukum atau diatur hukum rimba,” kata Presiden AS George Bush.

     Apakah pernyataan Bush ini benar, sangat tergantung dari pada masa kelak nanti, di kala dokumen-dokumen rahasia mulai diungkapkan, mengenai apa sebetulnya intensi AS di Timur Tengah. Dan apa pula kepentingannya ikut melibatkan diri di Perang Teluk.

     Tetapi Perang Teluk bukan kejadian pertama AS mengirim pasukan dan mesin perangnya ke Timur Tengah. Ini juga bukan pertama kali AS mengerahkan segalanya untuk mempertahankan Kuwait. Musim panas tahun 1958, mereka sudah melakukan itu. Pada saat itu, penggelaran 14.000 serdadu di Beirut untuk mendukung pemerintahan pro-Barat, dinilai sebagai salah sebuah episode Perang Dingin; operasi itu dipicu oleh kudeta anti-Barat di Irak, sembari menahan lajur komunisme di Lebanon. Menurut beberapa dokumen yang terungkap belum lama ini, ternyata kepentingan AS di kawasan itu lebih dari sekadar mempertahankan hak negara-negara kecil, atau menentang agresi, atau

ingin mengamankan tata dunia.

     Tanggal 14 Juli 1956, sekelompok komunis, nasionalis, pecinta Presiden Mesir Gammal Abdul Nasser, mendongkel rezim di Irak yang dipimpin PM Nuri Said dan menjadi pemerintahan boneka Inggris. Gerakan di Mesir ini mengakibatkan keguncangan di kawasan tersebut, membuat negara-negara Barat segera mewaspadainya dengan cara mendukung rezim-rezim pro-Barat di Lebanon dan Yordania.

     Saat itu, The New York Time menulis bahwa Irak adalah sumber minyak bumi yang tidak ada penggantinya buat kepentingan Barat, dan menjadi poros penting dari Pakta Baghdad (aliansi Turki, Pakistan, Irak, Iran dan Inggris), serta menjadi basis terakhir pengaruh Barat di kawasan. Memang Nuri Said menjadi antek AS dan Inggris dalam rangka menghambat pengaruh pemerintah kiri di Suriah yang waktu itu berperanan penting di kawasan.

     Kudeta 14 Juli itu dinilai sebagai pukulan buat AS. Nasser dan Uni Soviet dituding sebagai biang keladi kudeta. Sejak kudeta di Irak berhasil, Inggris selalu berteriak-teriak bahwa kudeta sama akan terjadi di Kesultanan Kuwait, lalu menyembah-nyembah AS agar segera mengirim pasukan ke Irak. Bagaimana AS bereaksi?

     Ketika berita kudeta di Irak sampai di Washington pagi hari tanggal 14 Juli itu, diadakan sidang yang dipimpin Menlu John Foster Dulles, dihadiri Pangab Nathan Twining dan Direktur CIA Allan Dulles, sebelum menghadap Presiden Dwight Eisenhower. Menurut hasil rapat, yang tertuang dalam sebuah dokumen, rapat setuju bahwa jikalau AS tak berbuat apa pun, maka: Nasser akan menguasai kawasan; AS akan kehilangan pengaruh bukan saja di negara-negara Arab dan Timur Tengah tetapi juga di kawasan secara keseluruhan, serta

pangkalan-pangkalan militer AS di kawasan akan berada dalam mara bahaya; dan komitmen AS di seluruh dunia akan dipertanyakan.

    

Tak ada alternatif

     Menurut rapat itu pula, Jenderal Twining harus mengirim pasukannya, tak ada alternatif lain. Sisa tulisan dalam dokumen itu sudah dihapuskan, tetapi menurut William Quandt, pejabat senior Dewan Keamanan Nasional, Jenderal Twining mengusulkan pengiriman pasukan AS ke Lebanon, pasukan Inggris ke Irak dan Kuwait, pasukan Israel ke Tepi Barat, dan pasukan Turki ke Suriah. Diusulkan pula, PBB dijadikan semacam “payung”, dan ada risiko Uni Soviet bereaksi sehingga memecahkan perang besar melawan musuh bebuyutan AS itu.

     Untungnya, Eisenhower tidak menerima usulan Jenderal Twining, sekalipun PM Inggris Harold MacMillan menyetujuinya. Memang, menurut asumsi Barat waktu itu, kekuatan pro-Nasser akan membahayakan kepentingan militer dan bisnis minyak Barat. Di Kuwait sudah ada British Petroleum dan Gulf Oil, di Arab Saudi sudah ada ARAMCO, konsorsium minyak internasional juga sudah hadir di Iran, di Irak ada Inggris dan Perancis yang menguasai seperempat dari saham

perusahaan minyak nasional Irak.

     Eisenhower lebih berkepentingan dengan kebangkitan komunisme di Timur Tengah, sehingga dia lebih memprihatinkan nasib Presiden Lebanon Camille Chamoun yang pro-Barat dan memeluk erat Doktrin Truman, serta dengan jelas meminta bantuan. Eisenhower sejak lama memang mau “masuk” ke Lebanon meskipun subversi komunisme internasional tidak pernah ada.

     Di hadapan Kongres, Eisenhower membenarkan pengiriman pasukan ke Lebanon karena negara itu terancam Irak. Di lain pihak, Uni Soviet dan Gerakan Non Blok waktu itu segera mengecam pengiriman pasukan AS itu. AS segera mengirim unit senjata nuklirnya di Jerbar, ke Lebanon. Uni Soviet menanggapi dengan memperkuat wilayahnya yang berbatasan dengan Turki dan Irak. Nampaknya perang dunia sudah di ambang pintu. Eisenhower juga mengirimkan marinirnya dari Okinawa ke Teluk Parsi, dengan tujuan mencegah invasi Irak ke Kuwait. Begitu gawatnya situasi, Eisenhower sempai mempertimbangkan pula penggunaan senjata nuklirnya.

     Krisis berakhir karena akhirnya semua pihak menahan diri. Rezim baru di Irak ternyata tidak segalak yang dikira, yang takkan bisa menahan nafsu menyerbu Kuwait. Rezim di Lebanon yang tidak disukai rakyatnya akhirnya digantikan Jenderal Fuad Chehab yang diterima berbagai pihak di dalam negerinya, dan Nasser tidak menggembar-gemborkan nasionalisme Arab ke seluruh kawasan seperti yang dikhawatirkan sebelumnya.

     Saddam Hussein tadinya pun dikategorikan sebagai “sekutu” AS untuk menghadapi Iran. Saddam selamanya memang selalu “setia”, sampai akhirnya menjadi musuh ketika dia menyerbu Kuwait. Dari kasus kudeta Irak tahun 1956, dan juga Perang Teluk, nampak jelas bahwa AS akan mau mengakomodasi kepentingannya, dan akan mengambil tindakan apa pun, yang disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan. Tetapi satu hal yang perlu digarisbawahi, sikap akomodatif itu sangat tergantung dari apakah perubahan-perubahan itu akan membahayakan kepentingan strategis dan ekonomi (minyak) negeri adi daya itu.

  

KOMPAS, Minggu, 19-01-1992.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Recent Posts

  • An Analysis of Current Indo-Pacific Dynamics
  • Challenges Faced by Journalism
  • Role of Indonesia in Shaping Indo-Pacific
  • In Seeking Global Supremacy in Technology: A Case of Rivalry The US-China
  • Ninik Rahayu dan Asep Setiawan Lengkapi Kepengurusan Dewan Pers 2022-2025

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Follow Following
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
%d bloggers like this: