• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Academic Profile

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Tag Archives: Asia

Indonesia yang kuat dan bersatu

17 Wednesday Mar 2010

Posted by Setiawan in Archives, Global Politics, politics

≈ Leave a comment

Tags

Asia, Government, History, indonesia, United States

The Coat of Arms of Indonesia is called Garuda...
Image via Wikipedia

Cita-cita pendiri negeri ini adalah Indonesia yang kuat, sejahtera, makmur dan damai. Sebuah cita-cita universal setiap negeri yang ada di muka bumi. Dalam perjalanannya lebih dari setengah abad ternyata banyak yang berubah, banyak kendala dan banyak tantangan.Semuanya tidak seindah apa yang tertulis.Dengan insiden tindak terorisme yang merupakan imbas dari globalisasi dan demokrasi. Globalisasi semakin mendekatkan Indonesia dengan negara-negara di luar termasuk Timur Tengah. Kekerasan di Palestina, Irak dan Afghanistan terasakan sampai di Indonesia.Globalisasi informasi ini menyebabkan pengaruh luar negeri semakin dekat dengan pelosok tanah air. Seolah-olah tidak ada satu inci wilayahpun di Indonesia tak tertembus aliran informasi dunia.Oleh karena itu agar Indonesia memiliki soliditas yang tinggi, tidak hanya ideologi yang harus kuat tetapi juga sumber daya manusia di tataran penyelenggara neger, para tokoh dan masyarakat itu sendiri.Kelemahan di jajaran petinggi negara -misalnya karena korup – akan memperlemah jalannya pemerintahan.Kualitas sumber daya manusia inilah yang seharusnya menjadi fokus dalam pembangunan Indonesia kini dan mendatang. Manusia yang jujur, berwawasan dan melihat ke depan akan menjadi modal utama dibandingkan hanya sekedar menciptakan orang-orang cerdas, pintar dan memiliki pengetahuan yang luas.Pengetahuan yang luas kalau tidak disertai karakter tidak banyak manfaatnya. Buktinya banyak orang cerdas bergelar di Indonesia namun kurang penghargaan kepada mereka yang memiliki komitmen untuk mengelola Tanah Air dengan tulus. Indonesia masih memberi tempat kepada mereka yang memiliki pengetahuan cerdas dan luas tetapi bermental korup. Semakin banyak orang seperti ini menduduki kursi birokrasi dan profesional di suprastruktur semakin sulit menjadikan Indonesia yang kuat.Dalam sejarah kebangsaan, bangsa berkarakter itulah yang akan memenangkan persaingan tingkat global. Efisiensi dan efektivitas merupakan kunci manajerial tetapi kejujuran, komitmen dan integritas pribadi merupakan modal luar biasa pentingnya.Saatnya menciptakan Indonesia yang kuat dan bersatu dengan mencanangkan pendidikan ahlak, integritas dan kejujuran menjadi pilar dari pembangunan abad ke-21.

Reblog this post [with Zemanta]

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Korupsi masih menjadi"Raja"

09 Tuesday Mar 2010

Posted by Setiawan in Archive, Blog

≈ 2 Comments

Tags

Asia, Hong Kong, indonesia, korupsi, Republic of China, Vietnam

Inilah salah satu konsekuensi jika reformasi lebih dari 10 tahun tidak dibarengi dengan perbaikan sumber daya manusia khususnya di kalangan pemerintah. Para pejabat menengah setingkat dirjen, sekjen atau irjen masihlah “orang lama” dengan wajah baru. Mereka seperti nafas reformasi tetapi jiwanya masih “orde korupsi”Artinya mentalitas mereka masih menganggap bahwa uang dan fasilitas negara merupakan keniscayaan karena mereka memiliki jabatan itu. Jabatan yang kadang dicapai dengan susah payah, dengan berkeringat dan tidak jarang dengan tabrakan dengan kepentingan teman sejawat. Mentalitas mereka mungkin akan hilang setelah setengah abad dimana secara alamiah sudah pensiun.Mengapa korupsi itu selalu terkait dengan pejabat? Karena kebanyakan anggaran pembangunan di negara berkembang seperti Indonesia berasal dari pemerintah. Anggaran inilah yang dialokasikan untuk membeli dan memperluas jasa sebuah institusi. Sudah sering terdengar bahkan di departemen sosial untuk pembelian mesjin jahit untuk keperluan bantuan pun dikutip. Di Departemen Agama yang sudah seharusnya lebih religius terbukti pejabatnya dari tingkat menteri terjerat kasus korupsi karena ketidaktahuan atau pura-pura tidak tahu. Semuanya melempar tanggungjawab. Bagaimana ini bisa terjadi setelah satu dekade reformasi dan keterbukaan.Sungguh menyedihkan dan sekaligus lecutan ketika “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) yang berbasis di Hong Kong mengumumkan bahwa Indonesia mencetak nilai 9,07 dari angka 10 sebagai negara paling korup yang disurvei pada 2010. Nilai tersebut naik dari tahun lalu yang poinnya 7,69.Sedangkan, posisi kedua ditempati oleh Kamboja sebagai negara paling korup. Kemudian diikuti oleh Vietnam, Filipina, Thailand, India, China, Taiwan, Korea, Macau, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Hong Kong, dan Australia. Mereka semua termasuk negara paling korup dalam survei, selain Singapura.Responden survei berjumlah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat.Tampaknya ini membuktikan bahwa upaya pemerintah reformis tidak menghasilkan pegawai dan pejabat bebas korupsi. Semua masih berlomba menggali lubang di anggaran masing-masing untuk keuntungan jangka pendek.Ancaman hukum dengan adanya Komisi Pemberantasan Korupsi belum membuat jera para koruptor. Mereka masih terang-terangan bertindak di tengah masyarakat. Dengan gaji yang sudah ditentukan negara mereka bisa hidup bergelimang kemewahan. Oleh sebab itu para pejabat dan pegawai negeri yang benar-benar bersih sering menjadi korban mereka. Para pejabat yang berdedikasi ini harus mengurut dada karena rekan sejawatnya menghancurkan negeri ini dengan korupsi.Jika hukuman dunia bisa membuat jera koruptor, agaknya itulah yang harus ditempuh. Hukuman mati memang mengenaskan dan mengerikan namun jika negeri ini begini saja akan hancur tanpa jejak digerus oleh kemajuan peradaban.Selain hukuman fisik, hukuman sosial mungkin lebih kuat sehingga mereka yang terindikasi dan terbukti korupsi bisa dikucilkan oleh masyarakat. Memang menyakitkan tetapi jika tidak demikian akan hancurlah negeri ini dalam beberapa dasa warsa lagi.Sebenarnya dengan keberadaan nilai religius yang mengakar di Indonesia, agama-agama besar seharusnya berperan besar. Hidup bersih, hidup shaleh, jauh dari pada barang haram merupakan moto yang seharunya menjadi bagian hidup, bukan kemewahan dan menunjukkan harta. Sumber inspirasi dari agama inilah yang akan menjadi lembaga-lembaga penting Indonesia ini bersih.Dalam Islam terdapat istilah Ihsan. Istilah ini merujuk kepada pengawasan Allah yang terus menerus sehingga kalaupun kita tidak melihatNya sesungguhnya Allah memperhatikan kita setiap saat.Kesadaran Ihsan inilah yang akan menjadi penjaga sehingga calon koruptor akan malu di hadapan Tuhan jika dia mengambil barang yang bukan haknya. Wallahu’alambishawab.

Reblog this post [with Zemanta]

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...
Newer posts →

Recent Posts

  • Bencana Alam di Sumatera: Pemicu dan Solusi Berkelanjutan
  • Statecraft 3.0: AI dan Masa Depan Diplomasi
  • Perang Dagang Amerika-China 2025: Analisis Implikasi terhadap Ekonomi Asia Tenggara
  • Strategi Palestina Pasca Pengakuan Internasional
  • Perjuangan Palestina: Dari Pengakuan ke Kedaulatan Efektif

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Academic Profile
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Subscribe Subscribed
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Subscribe Subscribed
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
%d