• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Category Archives: indonesia

Diperlukan ruh kebangkitan Indonesia 2012

20 Sunday May 2012

Posted by Editor in Archive, Archives, indonesia

≈ Leave a comment

Di tengah anugerah kemakmuran yang dirasakan di Indonesia terdapat sesuatu yang masih kurang dirasakan. Kekurangan ini semakin menjadikan berlimpahnya harta benda di sebagian kalangan seperti tidak memberi makna kepada kemakmuran itu sendiri. Terkesan bahwa masih ada ketimpangan yang semakin lebar dalam menerima kemakmuran tersebut.

Angka statistik bisa berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi 6-7%. Artinya kemakmuran semestinya dirasakan di semua lapisan masyarakat. Kecukupan itu seharusnya disertai kenyamanan dan keamanan. Angka kemiskinan juga dilaporkan menurun sampai 30 jutaan jiwa. Bahkan gelombang krisis ekonomi Eropa dan Amerika masih belum menyapa Indonesia. Negeri ini bagaikan surga di tengah kemuraman dunia sehingga para investor melirik lagi jamrut khatulistiwa ini.

Di tengah gempita pembangunan ekonomi yang entah bagaimana berkinerja baik – kata pengamat itu bukan hasil semata dari pemerintah tetapi karena semangat rakyat dalam ekonomi riil – masih ada kekosongan jiwa. Kekosongan arah kehidupan bangsa. Kekosongan akan ruh yang mampu menyetir kemakmuran ini untuk investasi manusia di masa depan.

Segalanya seperti kosong karena ketika kelas menengah yang konon lebih dari sepuluh juta yang mapan meski versi lain menyebut sudah mencapai 50 jutaan, sibuk dengan urusan dirinya dalam mempercantik diri. Mereka sibuk mempercantik rumah, mobil dan gadget. Mereka seperti menikmati materi saja tanpa arah dan semangat keindonesiaan.

Inilah yang sedang dicari oleh Indonesia. Para pemimpin formal seperti tidak memberikan inspirasi karena sibuk dengan urusan parpol masing-masing. Urusan untuk membangun citra. Urusan untuk konsolidasi pemilu 2014. Urusan untuk memenangkan pilkada. Semuanya hanya pada perebutan kekuasaan bukan pada pengelolaan negeri dengan ruh untuk terbang tinggi dengan modal sekarang.

Ketika pidato-pidato Bung Hatta, Bung Karno dan Bung Tomo sekalipun mampu memberikan inspirasi tentang perjuangan menuju Indonesia merdeka, makmur dan gemilang, pidato pemimpin sekarang dianggap hanya kampanye saja. Hanya membenarkan dirinya sebagai sumber keberhasilan sekarang bukan menebarkan inspirasi yang menggairahkan.

Pemimpin di posisi apapun tugasnya tidak hanya bersifat manajerial namun lebih dari itu memberikan inspirasi di sekelilingnya untuk bangkit dan menyingsingkan lengan baju untuk giat menyongsong masa depan. Apalagi mereka yang memangku jabatan dalam pemerintahan maka fungsinya sebagai inspirator sangat dibutuhkan. Inspirator itu bisa muncul dari perkataan atau lebih kuat lagi dari perbuatan. Teladan pemimpin yang menginspirasi lebih kuat gemanya dari sekedar kata-kata.

Di level nasional kehadiran Menteri BUMN Dahlan Iskan yang naik KRL untuk sidang kabinet memberikan nuansa bagaimana seorang pemimpin tidak hanya mencari sensasi namun menjadikan dirinya dekat dengan rakyat. Meski hanya satu kali saja namun ada satu perasaan dalam sebagian masyarakat bahwa itulah seharusnya profil pemimpin formal dalam mendekatkan diri dengan warga. Kunjungan mendadak ke pasar bisa saja terkesan merakyat namun lebih sering dilihat sebagai formalitas belaka.

Kontak sejati antara pemimpin dan rakyat, antara mereka yang memangku kekuasaan dengan mereka berada di dalam masyarakat semestinya dibangun bukan berasal dari formalitas belaka. Semangat untuk menuju Indonesia gemilang seharusnya menjadi satu ruh yang menyatukan kita. Tidak ada lagi lagak polisi yang atas nama ketertiban lalu bergerak dengan korban jiwa berjatuhan. Inilah yang kemudian membuat sesak sekali masyarakat.

Indonesia 2012 masih menantikan kiprah para pemimpin sejati yang meniupkan semangat kehidupan bukan spenindasan. Ruh Indonesia yang hilang karena pemimpin mengejar mimpi pemilu jangka pendek seharusnya digantikan dengan pemimpin yang memiliki jati diri mengabdi bangsa meski hanya dari bawah bukan di suprastruktur. Semangat ini saat ini dibawa oleh para motivator yang berbisnis melalui seminar dan pelatihan. Seharusnya motivator bangsa ini dipikul oleh mereka yang memangku jabatan resmi dan tentu saja para tokoh masyarakat. (Asep Setiawan)

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Islamising Indonesia The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS)

13 Thursday Jan 2011

Posted by Editor in Archives, indonesia

≈ Leave a comment

Tags

indonesia, Islam, politics

The Prosperous Justice Party (PKS) is the most interesting phenomenon in contemporary Indonesian politics. Not only is it growing rapidly in membership and electoral support, it is also bringing a new and markedly different approach to Islamic politics, one which has no precedent in Indonesian history.Understanding PKS and analysing its political behaviour presents challenges to scholars and observers. This is partly due to the fact that the party represents a new trend within Indonesian Islam which has few parallels with preceding movements.Yon Machmudi has rendered us a valuable service. In this book, he provides a thoughtful and authoritative context for viewing PKS. He critiques the existing categorisations for Indonesian Islam and points to their inadequacy when describing the PKS and the campus-based Tarbiyah movement from which it sprang. He reworks the santri typology, dividing it into convergent, radical and global substreams. This offers new possibilities for explaining the PKS phenomenon and assists in differentiating between various types of Islamic revivalism in contemporary Indonesia. It also allows a more understanding of the accommodatory stance which PKS has towards the state and other political forces.Yon’s text provides a good overview of the development of PKS from its Tarbiyah movement origins to its impressive success at the 2004 general elections. It considers the party’s attitude towards the issues of sharia implementation and community welfare and closes by examining the future challenges facing PKS.It is a well written and authoritative account from a scholar who has done wideranging research on the party.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to email this to a friend (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Recent Posts

  • Repository Academic
  • Bincang Dewan Pers : Urgensi Verifikasi Media
  • Bincang Dewan Pers
  • Ancaman Covid-19 Masih Tinggi di Indonesia
  • Rencana Aneksasi Israel terhadap Tepi Barat Berbahaya

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

loading Cancel
Post was not sent - check your email addresses!
Email check failed, please try again
Sorry, your blog cannot share posts by email.
Cancel
%d bloggers like this: