Tukang semir, saya mengagumi profesi satu ini. Banyak membantu dan menyenangkan dengan service Rp 2000 rupiah. Seharusnya saat itu saya memberi lebih banyak ketika sepatu yang tidak sempat disemir di London ini berdebu menyentuh tanah di Jakarta. Sebelumnya saya tidak pernah menggunakan jasa tukang semir anak muda ini.Ketika menawarkan, “Pak sepatunya mau disemir”Biasanya bilang tidak, tetapi sekarang saya katakan “ya”.Maka sepatu warna coklat berpindah ke tangan dia. Sepasang sandal saya gunakan sebagai alas seraya memesan indomie rebus, makanan yang berani disantap setibanya beberapa hari di Indonesia. Maunya menikmati banyak sajian menggiurkan tetapi perut ini belum kuat dengan makanan Indonesia di warung Gambir ini.Seraya melakukan janji dengan staf PT Kereta Indonesia, saya melihat adik tukang semir itu dengan tekun melap sepatu dengan khusyu. Saya tadinya mau membeli semir netral untuk membersihkan sepatu yang kotor karena baru saja menginjak tanah lempung dan berdebu.Saya merenungkan betapa hebatnya karya tukang semir ini jika dilihat lebih dalam. Dia bekerja dengan gaya marketing berani, menawarkan jasa tanpa harus menunjukkan ijazah terlebih dahulu. Saya kira tidak ada sekolah tukang semir di Indonesia. Kalaupun mau mendirikan sekolah seperti itu belum tentu ada siswanya.Tukang semir merupakan spirit entrepreneur atau meminjam istilah Kang Abik atau Habiburahman el Sirazy yang lagi ngetop adalah semangat tijaroh. Berdagang dan mandiri.Seorang tukang semir atau profesi menyemir sepatu merupakan sesuatu yang bisa dibanggakan. Artinya dengan kesulitan ekonomi seperti sekarang, mengais Rp 2000 dari sepasang sepatu tentu memerlukan keringat dan keberanian. Memasarkan skillnya dengan mengatakan, mau disemir pak? Ini merupakan modal awal yang sangat berharga.Keberanian menawarkan jasa menyemir sepatu tidak lain adalah membantu menciptakan keindahan dan kebersihan bagi para pemakai sepatu dan sandal. Tentu kalau dilihat begitu banyaknya orang setiap hari datang dan pergi dari Gambir, maka pasar semir sepatu bisa dikatakan unlimited ! Peluang selalu muncul setiap menit berpindah.Pelanggan tidak akan kehabisan – apalagi kalau melihat berjimbunnya manusia Indonesia di Jakarta. Sepatu juga merupakan sesuatu yang dikenakan oleh lebih dari 9 juta orang Indonesia di Jakarta. Maka pasar pun sangat luas bagi karir di semir menyemir sepatu ini.Saya mendoakan semoga tukang semir yang telah mengembalikan sepatu saya menjadi cemerlang dan tidak merasa malu lagi mengenakan sepatu tanpa harus datang ke supermarket untuk mencari semir cair yang mahal. Saya juga menjadi lebih PD ketika berhadapan dengan direktur PT Kereta Api Indonesia Bapak Ronny Wahyudi yang saat itu janjian di Gambir.Cuma sayang, seharusnya saya memberikan lebih banyak imbalan dari sekedar tarif yang dipasangnya. Semoga doa ini membuka rejeki dia lebih banyak dan memicu semangat tukang semir lainnya dan penjual jasa apapun di bumi Indonesia dan bumi Allah di alam jagad ini.
Tukang semir di terminal Gambir
04 Friday Apr 2008
Posted Archive, Blog, Motivation
in
welcome home kang asep! kalau ada yang bisa saya bantu, jangan ragu untuk kontak saya.
Haloo Mas Alex, mudah-mudahan bisa ketemu ditunggu kontaknya ya
Pingback: Click of The Week #37: Asep Setiawan | Maverick Indonesia