• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Academic Profile

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Category Archives: Shalat

Merindu Malam Seribu Bulan

19 Wednesday Mar 2025

Posted by Setiawan in Islam, Shalat

≈ Leave a comment

Tags

Lailatul Qadr, Ramadan

Di tengah malam yang sunyi dan khusyuk,
angin malam Ramadhan berbisik pelan,
membawa doa-doa yang terbang melesat ke langit,
menggapai arasy Mu.

Kupeluk rindu di dada yang basah,
menanti malam suci yang dijanjikan,
di mana Rahmat turun mengalir deras,
seperti aliran sungai yang tak henti.

Lailatul Qadar, adakah engkau sudah hadir?
Dalam sujud panjang di malam sunyi kupanggil namaMu,
kusisir langit dengan pandangan berharap,
mencari cahaya bersinar yang mampu menembus kalbu.

Malaikat turun membawa salam,
langit terbuka, Rahmat mengalir,
pintu ampunan terbentang luas,
bagi hati yang tunduk dan khusyu kepada Mu

Oh, malam yang mulia bernilai seribu bulan,
hadirlah dalam peluk jiwaku yang sangat rindu,
agar doa-doa tak hanya melayang tak tentu,
tapi menyatu dalam takdir oenuh cahayaMu.

✨🌙

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Aku Merindukan Shalat

27 Saturday Nov 2010

Posted by Setiawan in Archive, Blog, Shalat

≈ Leave a comment

Tags

khusyu, Shalat

Shalat khusyu akan membawa kebahagiaan sejati

Pernahkah hati ini rindu dengan shalat lima Waktu?
Tatkala shalat Dhuha selesai
Rindu menghujani hati
Menantikan Dzuhur datang
Haruskah duduk di sudut Rumah Allah padahal panggilan tugas menanti

Rindu akan shalat
Rindu berdialog dengan Yang Maha Quddus
Rindu membacakan ayat ayat Ad Dzikr yang sarat dengan makna

Rindu menyerap kesucian ruh yang ditiupkan kepada setiap insan dalam menghadapNya
Adakah kerinduan ini bisa terobati?
Tatkala duduk di bumi Allah menantikan panggilan adzan
Rindu hati ini berdiri dihadapan Mu

Berseru dengan Takbir
Takbir yang menggetarkan hati
Adakah obat pelepas rindu berjumpaMu dalam shalat?

Gerak dan dizkr yang menghantarkan jiwa kepada Sang Pencipta
Menepis jasmani menyelami ruh untuk membersihkan diri dari noda dosa
Lima kali penantian ini merindukan pertemuan dengan shalat

Assholah Assholah
Tidak ada yang tergetar kecuali orang yang khusyu dalam keyakinan akan menemuiMu
Shalat menjadi terminal pelepas rindu
Stasiun peristirahatan jasmani

Perhentian pengisian ruhani
Mengapa manusia begitu lalai terhadap dzikr yang dianugrakanNya untuk ummat akhir zaman?
Shalat menjadi sebuah pertemuan yang kokoh

Sebuah rangkaian doa
Satu kesatuan rangkaian dizkr yang mencerahkan
Tempat jiwa diasah untuk melihat CiptaanNya dalam alam mikrokosmos
Dan alam makrokosmos
Itulah mengapa rindu akan shalat khusyu menjadi penyemangat hidup

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Berpuasa dengan kekuatan ruhiah

11 Wednesday Aug 2010

Posted by Setiawan in Archive, Blog, Shalat

≈ Leave a comment

Tags

puasa, Ramadhan

Ramadhan Kareem – Let Us "Fast From Anyth...
Image by ukhti27 via Flickr

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (2:183)Puasa selama sebulan Ramadha merupakan kewajiban. Sebuah kewajiban yang juga telah dilakukan umat terdahulu.Jadi disini ditekankan bahwa yang wajib dilakukan adalah puasa pada siang hari. Puasa fokusnya, bukan yang lain.Dalam situs Oase Tarbiyah disebutkan: Berpuasa inilah perintah utama Ramadhan, bukan yang lain. Idealnya seperti dikatakan Imam Ghazali puasa itu sampai pada tahap khusus bil khusus, bukan sekedar tidak makan dan minum.

Namun demikian esensi pertama bahwa kita mengosongkan perut, menahan diri dari makan dan minum memiliki bobot penting dalam menghayati apa makna puasa.

Pertama, tidak makan dan minum. Kondisi lapar inilah yang sangat diharapkan dirasakan kita. Kita harus merasakan lapar dan dahaga bukan mengalihkan dengan kesibukan lain. Dengan merasakan bagaimana suasana siyam ini maka kita akan berusaha untuk mengosongkan perut, melepaskan ketergantungan kepada materi, kepada makanan minuman.

Lapar dan dahaga merupakan salah satu unsur penting merasakan bagaiman ruh manusia kadang sangat tergantung kepada nafsu makanan.

Akibatnya nafsu makan minum ini tidak memperhatikan halal dan haram lagi. Menahan lapar dan haus siang hari ini seharusnya menyadarkan kita bahwa dengan mengosongkan perut ini maka merasakan kehadiran ruh yang selama ini menempel pada fisik.

Ruhiah shiyam inilah yang kemudian akan menjadikan puasa bukan sebuah penderitaan tetapi sebuah penyadaran, latihan untuk merasakan kehadiran ruh yang suci. Ketergantungan kita kepada makanan menyebabkan kesadaran akan ruh ini nyaris hilang.

Sadar-sadar setelah dipanggil Allah.  Dengan Ramadhan ini maka perut dikosong, maka ketergantungan kepada materi berkurang, maka siap pula ruh mendapatkan bimbingan Ilahi.

Kedua, menahan diri dalam melakukan hubungan suami isteri. Sama dengan makan dan minum meskipun halal, namun selama siang bulan Ramadhan semua harus dihentikan. Totalitas nafsu syahwat ini dikosongkan untuk fokus kepada Ramadhan. Totalitas perhatian kepada bagaimana membina ruhiah kita untuk mencapai tahapan yang sampai kepada fitrah.

Dengan menjadikan siang ini benar-benar puasa maka mulai dari perut yang dikosongkan, kesadaran syahwat dan nafsu juga direduksi serta fikiran juga dialihkan kepada kesadaran akan puasa, kesadaran akan perintah Ilahi yang sangat berharga, sehingga hanya satu tahun sekali berkunjung.

Pengendalian nafsu syahwat ini penting karena kemudian ruh akan merasakan bagaimana kehadirannya. Selama menunaikan siyam ini maka nafsu ini dikosongkan, dibuat nol sehingga benar-benar memfokus pada perintah Ramadhan ini.

Membuat menjadi minim nafsu ini akan mereduksi berbagai ketergantungan kepada nafsu-nafsu yang selama ini secara tidak sadar mendominasi hati kita.

Dengan Ramadhan inilah maka puasa diharapkan akan menjadikan diri kita sebagai orang bertakwa.

Enhanced by Zemanta

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...
← Older posts

Recent Posts

  • Bencana Alam di Sumatera: Pemicu dan Solusi Berkelanjutan
  • Statecraft 3.0: AI dan Masa Depan Diplomasi
  • Perang Dagang Amerika-China 2025: Analisis Implikasi terhadap Ekonomi Asia Tenggara
  • Strategi Palestina Pasca Pengakuan Internasional
  • Perjuangan Palestina: Dari Pengakuan ke Kedaulatan Efektif

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Academic Profile
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Subscribe Subscribed
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Subscribe Subscribed
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...
 

    %d