• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Academic Profile

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Category Archives: Islam

Merindu Malam Seribu Bulan

19 Wednesday Mar 2025

Posted by Setiawan in Islam, Shalat

≈ Leave a comment

Tags

Lailatul Qadr, Ramadan

Di tengah malam yang sunyi dan khusyuk,
angin malam Ramadhan berbisik pelan,
membawa doa-doa yang terbang melesat ke langit,
menggapai arasy Mu.

Kupeluk rindu di dada yang basah,
menanti malam suci yang dijanjikan,
di mana Rahmat turun mengalir deras,
seperti aliran sungai yang tak henti.

Lailatul Qadar, adakah engkau sudah hadir?
Dalam sujud panjang di malam sunyi kupanggil namaMu,
kusisir langit dengan pandangan berharap,
mencari cahaya bersinar yang mampu menembus kalbu.

Malaikat turun membawa salam,
langit terbuka, Rahmat mengalir,
pintu ampunan terbentang luas,
bagi hati yang tunduk dan khusyu kepada Mu

Oh, malam yang mulia bernilai seribu bulan,
hadirlah dalam peluk jiwaku yang sangat rindu,
agar doa-doa tak hanya melayang tak tentu,
tapi menyatu dalam takdir oenuh cahayaMu.

✨🌙

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dalam Memangku Jabatan

01 Wednesday Jan 2025

Posted by Setiawan in Islam

≈ Leave a comment

Tags

khutbah

Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dalam Memangku Jabatan

Khutbah Pertama

أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di hari yang mulia ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada kita semua sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang diberkahi ini, saya ingin menyampaikan khutbah Jumat dengan tema yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai seorang muslim, yaitu tentang “Pentingnya Amanah dalam Memangku Jabatan di Pemerintahan dan di Manapun.”

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 58:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Tafsir ayat ini menurut Ibnu Katsir rahimahullah:

يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ يَأْمُرُ بِأَدَاءِ الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا، وَهَذَا يَعُمُّ جَمِيعَ الْأَمَانَاتِ الْوَاجِبَةِ عَلَى الْإِنْسَانِ مِنْ حُقُوقِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى عِبَادِهِ مِنَ الصَّلَوَاتِ وَالزَّكَوَاتِ وَالْكَفَّارَاتِ وَالنُّذُورِ وَغَيْرِ ذَلِكَ، مِمَّا هُوَ مُؤْتَمَنٌ عَلَيْهِ لَا يَطَّلِعُ عَلَيْهِ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، وَمِنْ حُقُوقِ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ عَلَى بَعْضٍ كَالْوَدَائِعِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

“Allah SWT mengabarkan bahwa Dia memerintahkan untuk menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya. Ini mencakup seluruh amanah yang wajib ditunaikan oleh manusia, baik yang berkaitan dengan hak Allah SWT atas hamba-Nya seperti shalat, zakat, kafarat, nadzar dan lainnya, dimana manusia dipercaya atasnya dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT, maupun yang berkaitan dengan hak-hak sesama hamba seperti titipan dan lainnya.”

Jamaah yang dirahmati Allah,

Amanah merupakan salah satu nilai fundamental dalam ajaran Islam. Dalam konteks kepemimpinan dan jabatan publik, amanah menjadi sangat penting karena pemimpin yang diberi amanah akan dimintai pertanggungjawaban tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala negara) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang istri di rumah suaminya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu dalam harta tuannya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”

Hadits ini dengan jelas menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin dalam kapasitasnya masing-masing dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu. Baik sebagai pemimpin negara, pemimpin dalam keluarga, maupun pemimpin dalam lingkup yang lebih kecil, semua akan ditanya tentang bagaimana menjalankan amanah tersebut.

Dalam konteks pemerintahan, amanah memiliki dimensi yang sangat luas. Seorang pejabat pemerintah memiliki amanah untuk:

  1. Menjalankan tugas dan fungsinya dengan jujur

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Anfal ayat 27:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Tafsir menurut Imam Al-Qurthubi:

قَالَ الْعُلَمَاءُ: الْأَمَانَةُ تَعُمُّ جَمِيعَ وَظَائِفِ الدِّينِ، وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ: قِسْمٌ بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى، وَقِسْمٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ، وَقِسْمٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ نَفْسِهِ

“Para ulama berkata: Amanah mencakup seluruh tugas-tugas agama, dan amanah terbagi menjadi tiga bagian: bagian antara hamba dengan Allah Ta’ala, bagian antara hamba dengan manusia lainnya, dan bagian antara hamba dengan dirinya sendiri.”

  1. Berlaku adil dalam setiap keputusan

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

  1. Mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidak ada seorang hamba yang Allah beri amanah untuk memimpin rakyat, kemudian ia meninggal dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya.”

Jamaah yang dirahmati Allah,

Dalam menjalankan amanah kepemimpinan, terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang teguh:

Pertama: Integritas dan Kejujuran

Integritas merupakan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Seorang pemimpin yang berintegritas akan selalu konsisten dalam menjalankan nilai-nilai kebenaran. Allah SWT berfirman dalam Surah Ash-Shaff ayat 2-3:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat.”

Kedua: Profesionalisme dan Kompetensi

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kiamat. Sahabat bertanya: Bagaimana menyia-nyiakan amanah wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.”

Ketiga: Transparan dan Akuntabel

Pemimpin yang amanah harus transparan dalam menjalankan tugasnya dan siap mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban.”

Keempat: Melayani dengan Sepenuh Hati

Pemimpin yang amanah harus memiliki jiwa pelayanan yang tinggi. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ

“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”

Jamaah yang dirahmati Allah,

Dalam konteks kehidupan bernegara, amanah kepemimpinan bukan hanya tanggung jawab para pejabat tinggi, melainkan juga tanggung jawab setiap orang yang memiliki kewenangan dalam lingkup pekerjaannya masing-masing. Mulai dari presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, hingga lurah dan aparatur desa, semua memiliki amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Namun demikian, amanah tidak hanya berlaku bagi pejabat pemerintah saja, tetapi juga bagi semua orang dalam berbagai bidang kehidupan. Baik sebagai dokter, guru, pengusaha, pedagang, bahkan sebagai orang tua dalam keluarga, semua memiliki amanah yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada.”

Ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang yang menjaga amanah dalam menjalankan profesinya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Dalam kehidupan bernegara, khianat terhadap amanah jabatan akan menimbulkan berbagai kerusakan, di antaranya:

  1. Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan Korupsi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah yang sangat berbahaya karena merugikan banyak pihak. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 188: وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
  2. Ketidakadilan dalam pelayanan publik Ketika pejabat tidak amanah, pelayanan publik akan terganggu dan menimbulkan ketidakadilan. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 90: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
  3. Melemahnya kepercayaan masyarakat Ketika pemimpin tidak amanah, kepercayaan masyarakat akan melemah dan menimbulkan ketidakstabilan sosial. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 13: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Jamaah yang dirahmati Allah,

Lalu, bagaimana kita dapat menjaga amanah dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang memangku jabatan? Berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan:

  1. Menguatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT Dengan takwa, seseorang akan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap tindakannya. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 119: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
  2. Menjadikan jabatan sebagai ladang ibadah, bukan alat untuk mencari keuntungan pribadi Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: مَنْ طَلَبَ الْقَضَاءَ وَسَأَلَ عَلَيْهِ وُكِلَ إِلَيْهِ، وَمَنْ أُكْرِهَ عَلَيْهِ أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ مَلَكًا يُسَدِّدُهُ “Barangsiapa yang meminta jabatan peradilan (kekuasaan) dan memohon untuk itu, maka ia akan diserahkan pada dirinya sendiri (tidak mendapat pertolongan Allah). Dan barangsiapa yang dipaksa untuk menerimanya, maka Allah akan menurunkan malaikat untuk membimbingnya.”
  3. Membangun sistem pengawasan yang efektif Sistem pengawasan yang baik akan membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 104: وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
  4. Mengedepankan musyawarah dalam pengambilan keputusan Musyawarah akan membantu menghasilkan keputusan yang lebih baik dan mencegah kesewenang-wenangan. Allah SWT berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 38: وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Jamaah yang dirahmati Allah,

Mari kita renungkan bersama, betapa besar tanggung jawab amanah yang ada di pundak kita masing-masing. Bagi yang memangku jabatan di pemerintahan, amanah itu semakin besar dan konsekuensinya pun semakin berat. Rasulullah SAW telah memberikan peringatan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ، وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ

“Sesungguhnya kalian akan sangat berambisi untuk mendapatkan jabatan kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. Maka alangkah nikmatnya jabatan itu ketika diberikan, dan alangkah buruknya ketika harus dilepaskan (pertanggungjawaban di akhirat).”

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha menjaga amanah yang telah dipercayakan kepada kita, sekecil apapun amanah tersebut. Ingatlah bahwa kelak di hadapan Allah SWT, kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap amanah yang kita emban.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Mu’minun ayat 8-11:

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ ﴿٨﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٩﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ ﴿١٠﴾ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿١١﴾

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِقَدْرِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى وَأَطِيعُوهُ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Pada khutbah kedua ini, saya ingin menekankan kembali pentingnya amanah dalam kehidupan kita, khususnya bagi mereka yang memangku jabatan publik. Amanah bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah prinsip hidup yang harus dipegang teguh oleh setiap muslim.

Kita sebagai umat Islam harus menjadi teladan dalam menjalankan amanah, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Dengan menjunjung tinggi nilai amanah, kita akan mampu membangun masyarakat yang adil, makmur, dan diberkahi oleh Allah SWT.

Dalam konteks Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, nilai amanah harus menjadi landasan dalam membangun bangsa. Para pemimpin dan pejabat pemerintah harus menjadikan amanah sebagai prinsip utama dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

Allah SWT telah menjanjikan kemuliaan bagi mereka yang menjaga amanah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Ahzab ayat 72-73:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا ﴿٧٢﴾ لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا ﴿٧٣﴾

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan:

المراد بالأمانة هنا التكاليف الشرعية، لأنها شاقة على المكلف، ولهذا من قام بها على وجهها استحق الثواب، ومن تفرط فيها استحق العقاب، فهي ثقيلة فيما يترتب عليها

“Yang dimaksud dengan amanah di sini adalah taklif (beban) syariat, karena ia berat bagi yang diberi beban. Oleh karena itu, siapa yang melaksanakannya sebagaimana mestinya, ia berhak mendapatkan pahala, dan siapa yang melalaikannya, ia berhak mendapatkan hukuman. Amanah itu berat dari segi konsekuensi yang ditimbulkannya.”

Maka, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kekuatan untuk menjaga amanah dalam kehidupan kita. Bagi yang telah dipercaya memangku jabatan, semoga Allah SWT memberikan keteguhan hati untuk menjalankan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الْإِسْلَامِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.

عِبَادَ اللَّهِ: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

by Dr. Asep Setiawan

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

The Next Front: Southeast Asia and the Road to Global Peace with Islam

16 Sunday Jan 2011

Posted by Setiawan in Archives, Asian Affairs, Books, Islam

≈ Leave a comment

A U.S. senator and Pulitzer Prizewinner, both experts on Southeast Asia, offer a bold new approach to address radical Islam and fight global terrorThe next front in the war on terror is in Southeast Asia, warn Senator Christopher Bond (R-MO) and Lewis Simons, both leading experts on the region. The U.S. has bankrupted its policies in dealing with the Islamic world. As Fundamentalist Islam gains traction in Southeast Asia, backed by Saudi money, the U.S. must act swiftly to re-establish its credibility there and help defuse global terrorism. Bond and Simons present a bold plan to accomplish this key goal by substituting smart power (civilians in sneakers and sandals) for force (soldiers in combat boots) in Indonesia and the other nations of Southeast Asia, home to the world’s greatest concentration of Muslims.Introduces a critical new “smart power” approach to combat global terrorWritten by two experts on Southeast Asia with extensive contacts in Washington and overseasTackles a crucial challenge to U.S. foreign policy and President Obama’s administrationExamines a wide range of views and people, from Osama bin Laden-trained armed terrorists to radical clerics to western-trained officials who plead for Americans to come to their countries to teach, start small businesses, and improve health careThe Next Front offers exactly the kind of fresh, out-of-the-box thinking the United States needs to rebuild its credibility and transcend its foreign policy failures.

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...
← Older posts

Recent Posts

  • Bencana Alam di Sumatera: Pemicu dan Solusi Berkelanjutan
  • Statecraft 3.0: AI dan Masa Depan Diplomasi
  • Perang Dagang Amerika-China 2025: Analisis Implikasi terhadap Ekonomi Asia Tenggara
  • Strategi Palestina Pasca Pengakuan Internasional
  • Perjuangan Palestina: Dari Pengakuan ke Kedaulatan Efektif

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Academic Profile
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Subscribe Subscribed
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Subscribe Subscribed
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...
 

    %d