- Image via Wikipedia
Tampaknya kesedihan dimata mantan Presiden BJ Habibie tidak bisa disembunyikan ketika pendampingnya yang setia Hasri Ainun Habibie meninggalkan dunia selama-lamanya. Semua catatan mengenai sang istri akan disimpan rapi oleh Habibie.Misalnya ketika dia menulis di memoarnya: Sudah larut malam ketika saya mengikuti perkembangan gerakan massa melalui internet dan TV di ruang kerja saya. Tiba-tiba istri saya, Ainun, muncul dan mengingatkan agar saya segera tidur.”Ainun jarang tampil tetapi jelas salah satu kunci keberhasilan Habibie memimpin Nurtanio, BPPT, Menristek, Wapres kemudian Presiden tidak lepas dari kesetiaan sang istri. Di belakang layar, dia lah yang menentukan sepak terjang Habibie di masa suka dan duka. Bagi Habibie Ainun adalah pendamping yang terus menerus menemaninya hingga Allah memanggilnya.Mungkin di era globalisasi dimana Habibie hidup di dalamnya di dua dunia Indonesia dan Jerman, kehadiran pasangan Habibie dan Ainun bisa menjadi pelajaran berharga bagi banyak pasangan. Secara kasat mata boleh dianggap berhasil karena selain memang Habibie dan anak-anaknya cerdas, tetapi pegangan kepada agama tidak pernah lepas. Keluarganya meski lama tinggal di Jerman, tidak menjadi “orang bule” gaya hidupnya. Mereka tetap sebagai orang Indonesia.Kesan ke Indonesiaan inilah yang bisa dijadikan sebagai inspirasi bahwa globalisasi tidak seharusnya melarutkan pribadi-pribadi dengan berbagai nilai yang tidak Ilahiyah. Anutan hidup tetap berlandaskan sebuah nilai-nilai spiritual yang indah tidak terseret nilai-nilai sekuler yang kemudian mengubah pribadi dalam bentuk yang tidak dikenali lagi.Bagi mereka yang bergerak mobil di dunia fana ini maka pasangan Ainun-Habibie bisa menjadi pelajaran. Di era global tetap hidup dengan jati diri Indonesia yang memiliki nilai spiritual bersih.
Mang Asep, setuju untuk cerita tentang Pak Habibie. Tapi konsep berpikir anda aneh dan menunjukkan kurangnya wawasan anda bahwa “bule” itu identik dengan segala nilai yang tidak ilahiyah. Justru nilai2 yang ada di kehidupan “bule” itu jauh lebih spiritual dan ilahiyah tanpa disadari oleh “bule” itu sendiri dibandingkan dengan nilai2 yang mungkin ada di sekitar anda. Mungkin anda hanya terpengaruh dengan opini dan tontonan fiksi. Tolong perluas wawasan sebelum melakukan justifikasi terhadap suatu hal.