Saya teringat setelah mendapatkan "latihan" mengenai cara peliputan dan penulisannya, maka diterjunkan meliput langsung pertemuan informal Laut Cina Selatan. Masih segar dalam ingatan, pertemuan berlangsung di Hotel Homan Bandung.
Pertemuan berlangsung tertutup dan informasi hanya didapat dari Dr Hasyim Djalal pada akhir pertemuan. Namun kan kita harus tetap meliput karena berlangsung kalau tidak salah dua atau tiga hari.
Nah salah satu caranya yang mungkin banyak sekali digunakan adalah wawancara ketika jam makan siang. Saat mereka keluar ruangan untuk mencari udara segar dan beristirahat, dimulailah perburuan.
Pengalaman, perburuan harus dilakukan dengan cara mendekati nara sumber yang kenal baik. Nah salah seorang anggota delegasi yang dijadikan nara sumber waktu itu adalah Dr Luhulima, pakar dan pengamat Asia dari LIPI. Pandangannya berbobot dan menjadikan state of the art soal Laut Cina selatan menjadi jelas bagi saya dan bagi pembaca kemudian, termasuk apa yang sekarang diupayakan.
Dengan berbekal bincang-bincang singkat itu dapat disusun berita cukup informatif.
Informasi lainnya saya dapatkan dari seorang anggota delegasi Singapura, juga seorang akademisi dan peneliti. Dia juga memberikan gambaran persoalan dan posisi masing-masing delegasi termasuk Singapura.
Jadi kalau ada sidang tertutup, berburulah saat makan siang. Bahkan dalam kasus tertentu, saat anggota delegasi ke toilet pun diburu nyamuk pers. Tentu Anda juga tidak ketinggalan berburu.