Wawancara dengan nara sumber utama seperti tokoh-tokoh nasional negara asing atau tokoh oposisi yang dicari para wartawan dunia.

Saat berkunjung untuk liputan ke Rangoon, salah satu target adalah wawawancara Aung San Suu Kyi. Tentu ini adalah sasaran idel semua wartawan yang ada. Bahkan saat itu di Ranggoon ketika datang sudah ada sedikitnya 200 wartawan mancanegara yang berebut ketemu Suu Kyi yang sudah dibebaskan dari tahanan rumah.

Beberapa langkah yang ditempuh saat itu adalah:

1. Datang ke lokasi rumah Aung San Suu Kyi dimana setiap hari pagi dan sore dia berbicara kepada para pendukungnya. tentu Suu Kyi menggunakan bahasa setempat, jadi yang terdengar adalah pidato dia di belakang pintu gerbang besar dengan speaker seadanya lalu disambut yel-yel para pendukungnya. Begitu terjadi selama beberapa hari. Tentu saja mustahil mendekati Suu Kyi karena tidak hanya wartawan tetapi juga tokoh Liga Nasional untuk Demokrasi dan para biksu mengejarnya.

2. Setelah hadir dalam beberapa kali acara rutin mimbar demokrasi itu, suasana kegembiaraan meliputi jalan yang ada di sekitar rumah Suu Kyi yang terletak di pinggir danau. Nah saat itu adalah bagaimana mendekati para penjaganya yang notabene adalah para pendukung Suu Kyi. Sopir taksi uang disewa sudah diminta bantuan tapi tidak bisa dia melakukan apa-apa.

3. Cari info lewat wartawan lokal dan mancanegara yang Asia atau Eropa sama saja. Beluma da jawaban karena merekapun ternyata sama pikirannya, wawancara eksklusif dengan Suu Kyi. Nah salah satu keunggulan waktu itu tidak ada wartawan Indonesia. Setelah berkenalan tanya sana dan tanya sini, baru menemukan orang Rohingya yang ternyata seorang Muslim. Lewat koneksi ini dan ternyata dia bisa berbahasa Inggris dengan baik, maka saya mulai ngobrol dan mengutarakan niatnya. Ternyata dia paham, lalu berjanji akan menyambungkan saya dengan para penjaga karena dia bisa berbahasa lokal. Kenalan inilah yang menjadi pembuka untuk komunikasi kedalam. Maka diajaknya saya mendekati gerbang setelah acara pidato berapi-api selesai. Dia lalu berbicara, bahwa ada wartawan dari Indonesia ingin wawancara dengan Suu Kyi lalu surat saya dari kantor diserahkan dan juga kartu nama. Penjaga yang masih belia itu lalu menerima surat itu dan dimasukkan kedalam untuk diproses.

4. Tentu saja jauh dari optimis bisa bertemu dengan Suu Kyi yang dikerumuni wartawan seluruh dunia. Keesokan harinya dicek lagi ke pintu mengenai jadwal wawancara dan ternyata hasilnya nihil. Begitu terus dicek dan akhirnya keluar informasi  Kompas dijadwalkan wawancara agak sore !

5. Setelah menulis laporan setiap hari yang dikirim melalui faks dari hotel, dan susahnya setengah mati karena harus dicek ulang ke Jakarta, maka disiapkan sedertan pertanyaan. Alat perekam juga dipersiapkan dan tidak lupa koran Kompas dengan foto Suu Kyi dan kamera.

6. Ternyata setelah diijinkan masuk kedalam, saya merekam semua keadaan itu mulai dari kantor penjaga dekat pintu gerbang, ada kantor dekat rumah Suu Kyi dan Rumahnya yang kusam dipinggir pantai. Cukup luas. Akhirnya bisa berjumpa di dengan Suu Kyi dan bisa mengadakan wawancara dengan santai, malah dia masih memberikan banyak waktu walaupun tentu semua pertanyaan sudah selesai dijawab dengab singkat dengan bahasa Inggris yang lancar.

7. Setelah wawawancara berfoto bersama dan mengambil beberapa foto Suu Kyi sebagai dokumentasi. Dia tampak sudah terbiasa menerima wartawan beberapa hari setelah enam tahun dalam tahanan rumah, tidak diijinakn bertemu siapapun.

Demikian sekilas tips wawancara, ada beberapa tips lagi wawancara dengan beberapa tokoh seperti Anwar Ibrahim dan Nur Misuari.