Tags
Belakangan ini di berita kota Jakarta muncul gagasan adanya metromini AC. Kendaraaan yang modelnya bertahan selama lebih dari dua dasa warsa di Jakarta ini nyaris tidak mengalami perubahan. Bentuknya dan catnya relatif sama. Demikian juga pelayanannya tidak pernah berubah untuk dikatakan tidak membaik.Kalau melihat tampilan fisiknya, betapa sebagian besar metromini atau kopaja ini memprihatinkan. Panas, kotor dan kumuh sering mampir di kebanyakan mobilnya. Seolah-olah para penumpang ini seperti mau ke proyek pembangunan dengan tampilan seperti akan ke lapangan. Padahal, banyak dari mereka sebagian adalah kalangan profesional yang secara finansial mampu membayar lebih.Kenyamanan belum mampir kedalam metromini ini. Sudah sejak tahun 2008 ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta untuk waktu lama, metromini merupakan sebuah perenungan perihal transportasi di Jakarta. Betapa tidak ada perubahan dan betapa tidak berkembang, tidak dimanfaatkan maksimal.Diantara pilihannya itu adalah ber AC. Lebih nyaman lebih bergengsi. Kenapa tidak. Dibandingkan Taxi akan lebih murah dan less pollution. Satu metromini bisa menampung banyak orang sehingga akan lebih baik dibandingkan jika berseliweran naek mobil pribadi atau taxi. Tidak harus berpanas panas dan menguras energi hanya karena betapa tidak nyamannya metromini. Soal bayaran berapa ongkosnya? Ini bisa dirundingkan. Kenyamanan memang menuntut bayaran tinggi.Satu hal positif dengan adanya metromini ber AC ini adalah mengurangi lalu lintas mobil sehingga mengurangi pula polusi udara. Di sisi lain bisa membuka peluang baru bisnis untuk transportasi bernilai premium. Hanya dengan perbedaan lima ribuan bisa menikmati transportasi Jakarta yang lebih manusiawi. Secara tidak langsung mengangkat harkat derajat pengguna kendaraan massal.
Hal yang sama juga saya pikirkan sejak duduk di bangku sma, 5 tahun lalu, ketika pertama kali menggunakan kopaja / metro mini. Sampai sekarang, saya selalu sedih miris melihat angkutan umum, supir, & kenek yang tidak mengalami peningkatan sedikit pun. Kemana pemerintah? Kemana kita bisa membantu? Apa yang bisa kita lakukan?