Tags

, , , ,

Jakarta, the capital of Indonesia and the coun...
Image via Wikipedia

Di negara-negara maju (baca Barat) korupsi merupakan sebuah fenomena yang tidak lagi mendominasi penyelenggaraan negara. Korupsi bisa ditekan sampai sangat kecil sehingga alur anggaran negara bisa terawasi dan pajak disalurkan untuk kepentingan umum.Di negara-negara yang baru maju seperti Indonesia, sebagian pegawai negeri di perbankan, BUMN, departemen, lembaga penegak hukum masih kehausan untuk mengisi kantungnya demi penampilan makmur di depan umum. Seolah-olah ingin menghapus kesan bahwa pegawai negeri itu miskin. Oleh sebab itulah setiap kesempatan digunakan untuk memperkaya diri. Bahkan tabungan dan deposito serta harga bergerak atau tidak bergerak lainnya disembunyikan dari pantauan umum, bahkan mungkin dari pengamatan rekan sekantor.Sifat rakus inilah yang kemudian menghancurkan sendi-sendi kepercayaan terhadap negara. Sifat ingin kaya dengan jalan pintas melalui jabatannya itulah yang membuat jurang kaya miskin semakin sulit dipersempit. Budaya manusia yang rakus inilah yang membuat negeri yang makmur ini miskin secara menyeluruh tetapi sebagian kecil kaya dan bahkan superkaya dari pendapatan yang tidak jelas dan kadang-kadang suram.Sistem pemeriksaan kekayaan yang sudah mapan di negara maju menyebabkan lubang untuk menyembunyikan kekayaan semakin kecil. Sebaliknya di negeri seperti Indonesia, orang bisa saja kaya dari pemasukan yang tidak jelas, tanpa ada sanksi hukum. Bahkan malangnya petugas hukum juga ikut bermain, menikmati kekayaan haram yang mungkin akan dinikmati juga oleh keturunannya.Sifat rakus manusia sebenarnya sangat universal. Tidak hanya di negeri miskin tetapi juga di negeri kaya. Bedanya pengawasan masyarakat dan rasa risi masyarakat yang menyebabkan tertunda untuk ikut menikmati sesuatu yang bukan haknya.Jika masyarakat juga sudah menjadi pengontrol orang-orang seperti Gayus Tambunan maka akan lebih kuat dari hanya sekedar pengawasan hukum. Dengan alam demokrasi seperti ini memungkinkan untuk mengawasi para penyelenggara negara yang rakus menghabiskan harta negeri ini.Beberapa indikasi bahwa manusia sama dimana-mana terhadap dunia terlihat dari ungkapan Ali Imran : 14Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).Dengan menumpuk harta ini mereka berharap bisa memberikan kebahagiaan. Sebagian diantaranya malah menumpuk harta dengan jalan menyalahgunakan jabatannya sadar atau tidak sadar.Namun jika kita melihat fenomena koruptor yang sengaja mengumpulkan kekayaan dengan haram maka mereka akan berakhir dengan nasib nista di dunia. Dengan deposito puluhan miliar dan mobil serta rumah mewah, ketika Allah membukakan aibnya sebagai sebuah pelajaran maka jelas dia akan terpental ke jurang terbawah dan dihinakan di dunia, apalagi nanti di akhirat.Tidak hanya itu dalam kasus Gayus, petugas pajak dimanapun, terkena getahnya baik yang jujur maupun yang juga korup. Baik yang mantan maupun yang masih aktif. Inilah sebuah pelajaran penting bahwa jika Allah membukakan keburukan kita maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya meskipun bermodalkan kekuasaan dan uang. Wallahu’alam bisawab.

Reblog this post [with Zemanta]