Tags
Bagi yang sudah lama meninggalkan kota Jakarta – sekitar tujuh tahun absen dari deru dan debu ibu kota – busway yang pernah dicemoohkan memang cukup penting. Setidaknya jika seseorang yang menggunakan angkutan umum berangkat dari Semanggi untuk mencapai Bundaran HI tidak perlu bersusah payah lagi.Taksi bukan penyelesaian tapi malah bikin macet. Apalagi kendaraan pribadi, tambah macet Jakarta. Sementara angkutan umum seperti Metro Mini atau bus kota tidak nyaman dan kadangkala tidak aman, karena sudah menjadi rahasia umum tempat beroperasi copet.Busway dengan tarif Rp 3500 memang merupakan sebuah alternatif penting bergerak dari satu titik ke titik lain. Tidak hanya dari Semanggi tetapi jika bepergian sore hari atau malam di jam-jam macet jalan, busway jadi alternatif berharga. Jika kita naik taxi pun menempuh jalan Thamrin dan Sudirman pada jam 1900 maka kita tidak bisa dengan mudah menembus jalan yang dijejali motor, mobil dan bus.Meski busway ini penting, tapi banyak yang lebih memilih kendaraan pribadi. Ini mungkin terkait dengan kebiasaan yang sudah lama. Di negara-negara lain, angkutan umum menjadi pilihan untuk berjalan ke dan dari kantor. Selain kebiasaan tentu saja mungkin gengsi.Namun ini harus dibayar mahal dengan polusi udara yang pekat membahayakan semua penduduk Jakarta, biaya bahan bakar yang besar karena macet terus setiap hari dan tentu juga secara ekonomis sangat berat.Bagi seorang yang pernah menjadi bagian dari sekitar 3,5 juta komuter yang datang dan pergi dari pusat kota London, kelemahan mencolok adalah memang transportasi umum. Singkatnya kendaraan umum di Jakarta dan sekitarnya tidak teramalkan datang dan perginya.Pengguna kendaraan umum menjadi warga kelas tiga barangkali karena sebagian besar memilih kendaraan pribadi. Bahkan suatu kali saya menyaksikan langsung seorang yang naik sedan marah-marah kepada sopir bus kota di depan Komdak dengan alasan mobilnya tersenggol. Padahal jelas dia yang salah mau menyalip. Mungkin seorang oknum penguasa yang berani memarahi sopir bus kota yang tampak ketakutan. Malah semua penumpang diperintahkan turun gara-gara mereka protes dengan ulah oknum tersebut. Begitulah gambaran sedikit naik angkutan umum di Jakarta.Di London penumpang angkutan umum dimanjakan dan diutamakan. Bahkan pengguna kendaraan pribadi yang masuk tengah kota dikenakan biaya cukup mahal lebih dari lima poundsterling sekali masuk, belum biaya parkir yang sangat mahal.Untuk jangka panjang, ini pikiran saya, harus dipikirkan setelah busway adalah memperbanyak dan memperluas jaringan kereta api yang sudah ada. Ide monorail memang ideal meski sulit dipraktekan untuk jangka panjang. Namun sebuah keniscayaan bahwa transportasi berbasis kereta rel ini harus diwujudkan, kalau tidak penduduk jakarta bisa habis umurnya kena macet di jalan.
Kang Asep ternyata sudah berada di Jakarta. Ngomong-ngomong tentang Busway, menurut saya itu adalah salah satu carut marut perencanaan tata kota Jakarta yang gak beres. Seharusnya busway itu mengurangi kemacetan, namun toh kemacetan semakin parah. Belum lagi dengan jumlah armada Transjakarta yang sangat minim, sehingga pemandangan atau pengalaman tidak manusiawi sering kita jumpai di dalam bus yang penuh sesak. Termasuk pelecehan seksual.Oke dech buat Kang Asep selamat bekerja dan menikmati Jakarta. Namun demikian, hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu (permata/berlian) di negeri sendiri.