Salah satu musuh dari jurnalis adalah deadline. Inilah yang selalu dikatakan oleh editor kepada wartawan yang bertugas di lapangan baik di dalam maupun di luar negeri, baik di kota maupun di pedalaman. Deadline.

Hongkong

Saya teringat ketika bertugas dengan Rene Patiradjawane dalam liputan penyerahan Hongkong dari Inggris ke Cina tahun 1997 menjelang krisis moneter di Indonesia. Begitu banyak tulisan yang harus dikirim ke Jakarta dari Hongkong dan begitu ketat deadline. Perbedaan waktu memang tidak begitu jauh namun liputan ke lapangan dengan berbagai topik serta current news memang tidak gampang.

Kami harus berbagi tugas untuk liputan. Berbagai angle dikembangkan setiap hari untuk penulisan dan satu angle besar untuk halaman satu.

Salah satu kiat memang menentukan kapan semua berita itu masuk dan kapan angle yang tepat ditentukan terutama untuk halaman satu. Untuk halaman dalam deadline lebih siang sehingga penulisan harus lebih cepat dan lebih sore. Penentuan angle berita di dalam dan luar bisa dikembangkan berdasarkan pada bidang ekonomi, politik, sosial atau budaya. Speed memang menentukan karena selain beritanya banyak, Hongkong menjadi fokus dunia.

Satu lagi dalam memenuhi deadline adalah cara pengiriman. Dengan berkembangnya email pengiriman memang menjadi lebih mudah namun jangan lupa internet juga sering bermasalah. Kita harus menyiapkan berbagai cara juga seperti fax sebagai alternatif.

Kiat lainnya adalah memang sebelum pengiriman berita atau foto dilakukan uji cobalah pengiriman itu. Lewat email, FTP, atau faksimile tetap harus dites dahulu.