Sama seperti menuliskan berita lainnya, penurunan tulisan berkaitan dengan konflik membutuhkan akurasi. Akurasi dalam menuliskan peristiwa, akurasi dalam mengutip dan akurasi juga menyebutkan nama. Secara teknis akurasi ini sangat penting.

Beirut

Namun dalam prakteknya angle penulisan akan sangat dipengaruhi dimana media itu berada dan siapa pemilik media itu.

Secara teoritis, penulisan berita atau analisa wartawan tentunya mempertimbangkan aspek berimbang, tidak memihak dan obyektif. Namun prakteknya tidaklah mudah. Banyak pertimbangan editorial di dalamnya.

Ambil contoh pemboman Israel di Lebanon. Bagi sebagian besar surat kabar dan media Indonesia pemboman itu merupakan kekejaman dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun bila datang ke media di Eropa, taruhlah seperti itu maka pemboman itu sebagai peristiwa perang antara Hizbullah dan Israel.

Sebagai penulis berita terutama dari sumber kedua, maka pembaca perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari angle penulisan. Tentu saja cara menuliskan berita juga akan mempengaruhi emosi pembaca. Memuji-muji Israel di media seperti Indonesia akan menimbulkan masalah bagi media itu. Bahkan kutipan perdana menteri juga mungkin akan bermasalah jika menempatkannya salah.

Konflik memang rumit. Menuliskan berita mengenai konflik seperti perang akan lebih sulit lagi. Di sini perlu pertimbangan kedua, second opinion untuk melihat sebuah berita sebelum dicetak atau disiarkan.