Ada kalanya kita harus mewawancarai anggota DPR atau para pejabat partai. Saat kita menghadapi kalangan politisi ini perlu persiapan khusus tidak hanya dari substansi pertanyaan yang diajukan tetapi juga mengantisipasi jawaban yang akan diberikan.

Karakteristik yang perlu diperhatikan dari politisi adalah jawaban dan pandangannya yang menekankan kepentingan partai atau kelompoknya. Hal ini logis karena partai politik sebagai sebuah lembaga modern di dunia politik memiliki kepentingan dengan media dan wartawan. Bagi kalangan jurnalis sendiri perlu ada kehati-hatian dalam menerima pendapat mereka secara bulat.

Politisi adalah pegiat politik yang aktif. Mereka sudah terbiasa dalam menghadapi perdebatan dan diskusi untuk memperjuangkan nilai partainya. Wartawan yang melakukan wawancara sebaiknya tetap tidak terjebak kedalam kerangka yang akan dijelaskan oleh seorang politisi. Daya kritis harus ditingkatkan secara maksimum sehingga tidak terseret dalam arus konflik politisi dengan pihak lain.

Pernyataan politisi seringkali menekankan kepada kebenaran pihaknya tanpa melihat situasi. Berpfikir obyektif bagi politisi bukanlah bahasa yang biasa digunakan. Berfikir menurut kepentingan lebih ditekankan terutama ketika berada dalam situasi konflik.

Oleh sebab itu filter harus dipasang sekuatnya agar jurnalis tidak hanya menjadi “juru bicara” politisi tetapi menjadi jembatan untuk memahami sebuah permasalahan. Jika terpaksa harus wawancara langsung, maka perlu keahlian khusus untuk mengendalikan pembicaraan sebelum akhirnya dikendalikan sehingga tidak mendapatkan apa yang dicari.

Politisi adalah mereka yang sadar akan media. Jadi semakin sering terekspos media semakin besar kesempatan pesannya sampai kepada konstituen atau calon pemilihnya. Disinilah peran media sebagai jembatan harus ada tidak hanya menjadi “corong” seorang politisi atau partai.