Andakah Yang Kami Cari?
Radio Internasional Jerman Deutsche Welle (DW Jerman) adalah radio berita dengan siaran dalam 30 bahasa. Lewat siaran radio kami mendukung demokrasi, hak-hak asasi manusia dan toleransi.
Dipancarkan lewat gelombang pendek, satelit dan melalui stasiun-stasiun radio mitra. Bekerja dalam tim yang solid, kami menyajikan berita, laporan, komentar dan latar belakang peristiwa-peristiwa internasional. Kami
hadir dengan berita-berita aktual, kritis, obyektif dan berimbang.
Kami mengajak anda menjadi bagian dari Radio DW Jerman sebagai koresponden di Jakarta. Kami mencari wartawan yang punya integritas tinggi, menolak segala bentuk suap dan memiliki jaringan kontak luas.
Kualifikasi:
1. Lulusan perguruan tinggi atau pendidikan setara.
2. Berpengetahuan luas tentang isu sosial, politik dan ekonomi di Indonesia.
3. Minimal 2 tahun pengalaman kerja di radio.
4. Mampu menggunakan program MS Word dan pengolahan audio dengan cool edit pro (adobe audition). Mampu mengirim data audio lewat internet dengan kualitas mp3 yang baik.
5. Berbahasa Inggris lisan dan tulisan.
6. Kreatif, inisiatif, mampu bekerja mandiri.
7. Pengetahuan tentang Jerman dan bahasa Jerman tidak mutlak, tapi punya nilai lebih.
Tugas rutin anda menbuat usulan berita dan mengirim laporan untuk Radio DW Jerman.
Penghasilan anda sekitar 6 sampai 10 juta rupiah per bulan
(tergantung kualifikasi).
Bila berminat, kirim lamaran anda dengan dilengkapi:
1. Riwayat hidup.
2. Contoh berita atau mini feature (narasi + soundbites dengan durasi total 3 menit). Tema dari bidang politik atau ekonomi. Berita atau feature dikirim dalam bentuk rekaman mp3 beserta teks.
3. Scan pas foto
Lamaran dikirim lewat email ke: Hendra.Pasuhuk@dw-world.de
Lamaran anda kami tunggu sampai 1 Agustus 2006.
Hanya calon yang lolos seleksi awal akan dihubungi.
masihkah lowongan koresponden Radio Jerman ini ada pada tahun ini?.
ade
wow terlambat ni………..
THE “SOON TO BE” LOSERS
Should-be meltdown of “no-care-to-people” SBY-MYK
By Andi Noya and Desi Anwar
Embargoed until June 1, 2008
Indonesia’s current President Susilo Bambang Yudhoyono, SBY, is a man of tragedy. He is making all daily prices hike uncontrollable in the eyes of most Indonesian people. SBY will soon be remembered for the most humiliating political meltdown in Indonesia’s modern history.
SBY together with his vice president Mohammad Yusuf Kalla, MYK, from the start tried and try to buy time, they are not capable though. Indonesian students and people are most stupid that they are being deceived and nothing they act – no demonstrations that will lead to their resignation. SBY is making the national punching bag. SBY is, however, a self-inflicted wound. SBY’s political skills were never his strong suit. He obstinately and self-indulgently cling to power until he never announces his resignation. He amplifies all Indonesian people’s discontent, provoking Indonesian people to soon launch protests all over Indonesia to make him step down.
It was a pathetic way. SBY will set the fuel prices hiking around 30 percent. What is striking in Indonesia now is that normally a president like the late Suharto showed some respect and sympathy for his people, but this time SBY does have that and some military generals and all mass organizations are ready to strangle him. It is their rights as SBY does not fulfill the contracts between the regime and its people that he has to make the life of Indonesian people have normal life; the recent and last price hike of daily commodities and fuel has strangle the Indonesian people and now SBY is ready to be strangled. breathed a collective sigh of good riddance. Probably the most disappointed people in Indonesia are his political opponents, who viewed him as their most effective weapon. They also have their rights to see like that as SBY and MYK are not accountable men.
From the first he became Indonesian president, SBY had been governing on borrowed time. Now SBY has become heavy and unwanted baggage and his exit is and should be a matter of time if all Indonesian components act wisely, starting huge demonstrations followed by mass riots. SBY-MYK should have fallen down or stepped down. The stupid thing is that the military seem do not care to Indonesian people and Indonesian students are too stupid to be calmed down and not ready to act like their seniors before in 1997/8. They are cowards, unless they act now for the sake of ordinary Indonesian people, who had and have suffered hugely. Dumping SBY and MYK is a best way of clearing the decks, to regain the public confidence they squandered.
The question is why students like Trisakti Student, UI students, UGM students do not act now? Why ought they to feel some compassion for SBY especially? Where are Amien Rais, Sri Bintang Pamungkas, Hariman Siregar, Prabowo Subianto, Wiranto, Guys Dur? Where is Nur Wahid? The later just busy to fuck his new wive? Oh, poor Indonesian people! And where are the middle and upper class people also?
ERA BANCI SBY-JK SUDAH SELESAI, TUTUP TEATER MEREKA
DAHSYATKAN GERAKAN PELENGSERAN SBY-JK. TAK BISA DITAWAR LAGI.
TUTUP PERMAINAN SANDIWARA SBY-JK
Oleh Elman Saragih dan Saur Hutabarat, Metro TV Indonesia
25 Juni 2008, si banci SBY masih harmoko pula, hari-hari omong-kosong. SBY minta masyarakat agar tak lakukan kerusuhan, rayuan gombal orang kepepet. SBY sendirilah penyebab kerusuhan masif yang segera terjadi setelah dia dengan memuakkan ambil kebijakan ngacau menaikkan tinggi harga-harga BBM yang memicu melambungnnya harga sembako, harga semen dll, ongkos angkutan umum dll. Gila.
Pemerintahan si banci itu makin buat ribuan pejabat dan pegawai negeri ini sangat berani korupsi dan ber-KKN ria canggih. Orang-orang birokrat amatiran itu merampas uang negara yang berarti uang rakyat. Mereka kini menjadi sangat kaya-kaya, rata-rata memiliki 3-4 rumah. Dua rumah sebelumnya untuk anak-anak mereka yang sudah besar dan sebagian sudah berumah-tangga. Dua rumah baru biasanya di kawasan elit. Mobil-mobil mereka pun bagus. Tentu tak mengapa kalau itu diperoleh dengan halal. Semua itu faktanya dari hasil mencuri canggih uang rakyat. Uang anggaran. Uang proyek. Terjadi sangat masif di level pejabat atas hingga menengah. Luarbiasa. Korupsi gila itu menjadi-jadi setelah Indonesia dipegang si banci lemah gemulai SBY dan si makelar, pengusaha, JK.
Korupsi tingkat pusat hingga daerah kian mendahsyat. Otonomi dibuat sebagai upaya bodoh sistem negara untuk lepas tanggung jawab, pusat ingin lepas dari membiayai daerah, hingga mencipta raja-raja baru, gubernur-gubernur dan bupati-bupati maling bersama kelompok mereka. Jumlah korupsi mencapai triliunan rupiah. Itu pun baru yang selesai diaudit BPK. Korupsi sistemis dan membudaya ini tentu saja terjadi lantaran presidennya lemah gemulai tak tegas seperti SBY, yang dibeking makelar busuk-licik JK. Semua ini meludeskan uang rakyat. SBY bahkanmenggunakan dana-dana sumbangan dari yang terakhir Australia, Kevin Ruud, untuk mulai money politic, padahal dana itu diberikan bukan untuk maksud itu.
Korupsi kini terjadi mencapai rekor pada pemerintahan yang dibeking dan dikendalikan rapi militer dan kepolisian melalui SBY. Rakyat miskin dan mahasiswa hanya dihibur dengan uang receh BLT / BKM. Kembali-kembali rakyat tertipu ditipu SBY. SBY-JK pintar sandiwara, mereka magang lama dalam pemerintahan gaya Orba. Indonesia tak lebih dari sebuah junta, pemerintahan militer, Myanmar. Bajunya yang berbeda. Lebih bebas. Bebas mengungkapkan pendapat. Media-media televisi sangat buruk tanpa perjuangan nyata membela rakyat. Seakan-akan media televisi itu membela rakyat namun yang terjadi hanya menyuarakan fakta yang diputar balikkan atau hanya menghantam demonstran, sementara kekerasan polisi tidak dibahas, malah aktivis berinisial FJ dipojokkan dan kalau perludikambing-hitamkan. Sementara Syamsir Siregar, kepala BIN, menuduh sesukanya FJ. Cara-cara kambing hitam orang-orang legasi Orba.
Negeri ini masih militeristik dengan sedikit modifikasi di sana-sini. Begitu Megawati yang naif, bodoh dan polos itu, tidak terpilih menjadi presiden 2004, dengan ditandai berbagai bom termasuk bom dahsyat depan Kedubes Australia di Jakarta serta pembunuhan Munir, maka praktis Indonesia kembali ke pangkuan militer, dengan pendekatan dan siasat halus menyelewengkan reformasi dan demokrasi, siasat usang Orba yang harusnya sudah dihapus dari negeri ini. Munculah SBY direkayasa menjadi pemenang presiden dalam pemilu 2004. SBY menang melalui pemilu curang rekayasa yang dilakukan sangat rapi melalui pemalsuan suara dan money politic yang diatur penguasa di sini melalui orang-orang Koramil, Kodim, Kodam, yang dicitrakan seakan-akan rakyat memang mayorits memilih SBY-JK. Sangat canggih. Kini era tipuan seperti itu tidak boleh terulang lagi mulai 2009.
Perlukan SBY-JK mundur? Zaman SBY sudah selesai. Kalian sebagai mahasiswa, aktivis, buruh, pejuang rakyat, pembela rakyat kecil, tekan DPR terus agar segera melengserkan SBY. Si Banci SBY-JK hanya doyan bicara. Kalian sebaiknya hancurkan pos-pos polisi, mobil-mobil bergincu dll dengan dahsyat. Lakukan dengan gerilya dan jangan hura-hura. Lakukan dengan cerdas dan pintar. Buat SBY-JK bertekuk lutut di kalian kalian mahasiswa pembela rakyat kecil dan pelurus ulang Indonesia yang telah jauh melenceng dari UUS 1945 dan Pancasila. Zaman SBY-JK sudah selesai. Kalian musti tutup teater sandiwara SBY-JK, dan juga DPR kalau DPR tidak membela rakyat, dengan goncangkan Jakarta dan kota-kota besar seluruh Indonesia, dengan kerusuhan masif (huge riots), setelah aparat keamanan, polisi, membunuh tanpa Pancasila, tanpa perikemanusiaan, atas seorang teman dan sahabat kalian Maftuh Fauzi, dengan kekerasan biadab!
Kalian mahasiswa, buruh, nelayan, petani dan seluruh rakyat, kelas rendah menengah dan atas, kini saatnya mengganti presiden dan wakil presiden SBY-JK. Saatnya Indonesia memiliki presiden dan wakil presiden yang berwawasan internasional global, yang jujur, tulus, tegas, berani, membangun negara dengan cara-cara internasional, bukan cara-cara Orba yang curang. Tak ada peluang lagi bagi orang-orang warisan Orba berkuasa mendindas dan menyengsarakan rakyat. Indonesia sangat kaya dengan sumber alam, mengapa dan anehnya rakyat sengsara sistemis. Sangat ironis. Kalian terus maju, tanpa mundur seikitpun. Bila DPR tidak bergeming, tidak bertindak, maka kalian bubarkan pula mereka. Kalian duduki gedung itu!
DI INDONESIA, KECELAKAAN TINGGAL KECELAKAAN, REZIM SINTING SBY YA.
Oleh Margareth Steward
Di Indonesia, pemerintahnya memang biadab dan sinting. Wartawann-wartawannya juga. Kecelakaan tinggal kecelakaan. Banyak wartawannya tidak tanyakan kenapa kecelakaan itu sampai terjadi. Tak ada follow up pembelajaran. Tak ada pengejaran berita hingga pejabat dipenjarakan. Kebanyakan wartaan Indonesia puas “ngloco” dan “masturbasi” dengan misalnya menguraikan semalam keluarga korban mimpi apa, anaknya minta apa. Kebanyakan wartawan Indonesia bodoh sekali. Rezimnya senang. Wartawan itu mau saja terima dan bahkan menulis pernyataan pernyataan klise pejabat misalnya kecelakaan mengkambing-hitamkan cuaca buruk dan lain sebagainya.
Kecelakaan pesawat terjadi di Indonesia, termasuk yang teranyar menimpa pesawat Cassa NC 212 milik TNI-AU, merenggut 18 nyawa para anggota TNI-AU serta beberapa warga asing. Rezim sinting SBY punya.
“Ambil hikmahnya. Nanti ada evaluasi,” kata Joko, panglima TNI, seenaknya.
“Kembang gula” kata-kata manis. Kita manggut-mangut. Begitulah “kata bijak”.
Kecelakaan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana umum sering terjadi di Indonesia, mulai dari pengendara sepeda motor yang terlindas truk, dan kecelakaan terkait kondisi jalan raya, hingga kecelakaan penerbangan, kelalaian terus-menerus pejabat publik Indonesia.
Kecelakaan seperti ini tak bakal terjadi kalau pemerintah benar-benar berniat membangun negara yaitu antara lain memperbarui sarana dan prasarana. Selama niat tersebut tidak pernah terpikirkan dan dilaksanakan dengan baik dan bertanggung jawab, korban-korban terus berjatuhan termasuk yang menimpa para anggota TNI-AU. “Ambil hikmahnya. Nanti ada evaluasi.” kata Joko.
Pernyataan tersebut harus dilaksanakan tidak cukup. Bagamanapun tentu harus ada investigasi atas kecelakaan. Sehingga akan muncul pembelajaran, dan pelajaran berupa sanksi pencopotan atau penjara seperti yang ditempuh bangsa-bangsa lain ketika mereka menghadapi kelalaian pejabat publik. Namun di Indonesia, “makan itu investigasi.” Kebiasaan sifat banyak pejabat Indonesia. Mereka tertawa. Gila. Samasekali tak ada komitmen, tak ada keseriusan, kecuali merampk uang negara, uang rakyat.
Contoh lainnya. Kecelakaan prasarana. Dalam hal ini kondisi jalan raya. Menimpa Sophan Sophian, mantan pemain sinetron dan bekas anggota DPR yang vokal. Sophan meninggal saat berkonvoi sepeda motor-besar bersama teman-temannya dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Sophan menerjang jalan berlubang panjang menganga yang dibuat sengaja atau tidak oleh PU, sehingga Sophan terpelanting jatuh, kepalanya terbentur, cedera parah, dan akhirnya dia meninggal.
PU harusnya memikul tanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut nyawa Sophan. Widyawati, istri Sophan, memang tidak menggugat kelalaian PU.
Widyawati, istri Sophan, dan istri-istri para anggota TNI AU itu hanya mengusap arimata. Mereka akan menanggung beban ekonomi sangat berat sepeninggal suami-suami mereka. Para istri anggota TNI-AU itu mungkin akan menerima uang santunan yang tentu jauh dari mencukupi, sebab biaya-biaya terus melambung, santunan itu tak cukup untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.
Kembang gula kata-kata manis. Merayu. Menipu. Keluar dari mulut para pejabat Indonesia. Muncul pula dari mulut SBY-JK tentu dengan nuansa berbeda. Jangan lakukan kerusuhan, saudara sendiri yang rugi. Kembang gula kata-kata manis SBY. Tentu saja yang akan rugi bukan SBY dan pejabat. Mereka ber-uang banyak hasil “mengambil” uang negara. Uang rakyat. Banyak di antara pejabat itu punya rumah di Australia dan Amerika.
Kalau ada kerusuhan, mereka tinggal terbang ke luar negeri. Pejabat-pejabat publik Indonesia tak henti membodohi. Mereka ambil uang rakyat, dan pandai mengelak dengan kata-kata bersayap, pidatonya manis-manis, menari-nari di atas penderitaan dahsyat rakyat sebangsa, dengan mengkhianati UUD 1945.
Bersama SBY-JK, pejabat-pejabat itu BISA. Bisa merampok, bisa menangkapi pembela rakyat. Ferry Julianto, sahabat mahasiswa, yang gigih membela rakyat, ditangkap. Sedangkan pejabat-pejabat yang maling uang rakyat tidak ditangkap. Di Indonesia, pemerintahnya memang sinting dan biadab ya. SBY is Suharto ya.
Minyak nyong-nyong dan penyemprot pengharum ruangan
Renungan kecil 17 Agustus 2009
Oleh Indah Larasati
Minyak wangi nyong-nyong dan minyak wangi palsu murahan kelas kampong berlabel minyak wangi terkenal asal Paris itu adalah SBY dan menteri perhubungan.
Seharti sebelum peringatan pernyataan 17 Agustus 2009, dua kereta bertabrakan menewaskan 9 orang dan menyisakan puluhan luka berat dan ringan. tabrakan itu akibat sabotase sejumlah pemuda pengangguran yang tak mengerti makna kemerdekaan yang hanya diwarnai pidato palsu SBY. Menteri perhubungan itu dengan muka tanpa sedih menyatakan kecelakaan bukan sabotase. Inilah Negara dengan presiden dan pejabat-pejabat minyak nyong-nyong. Negeri minyak nyong-nyong.
Debu dan polutan menyesakkan dada. Lebih parah sebetulnya dibandingkan di Cina. Saya duduk dan berpeluh di kursi bis kota antara Tangerang Jakarta berjam-jam. Sementara, bau campur-aduk memenuhi udara di dalam bis yang saya tumpangi. Bermacam-macam bau. Ada bau wangi yang membuat kepala menjadi pusing dari penyemprot pengharum ruangan. Ada bau minyak nyong-nyong, minyak wangi murahan. Ada pula bau bekas keringat para penumpang.
Minyak wangi nyong-nyong dan minyak wangi murahan yang dipakai sebagian penumpang, biasanya nenek-nenek dan ibu-ibu anggota kumpulan pengajian di kompleks-kompleks perumahan kelas bawah, melekat di kursi-kursi bis itu. Saya kagum dengan salesmen minyak nyong-nyong dan minyak wangi palsu murahan bermerk minyak-minyak wangi Perancis, yang lsaya keras di kumpulan-kumpulan pengajian terutama ibu-ibu. Minyak-minyak wangi itu laris manis selaris tipu-daya kata-kata jurkam parta-partai berkedok agama negeri ini.
Sebagai ibu rumah-tangga, baru-baru ini sempat menengok anak yang kuliah di RRC maaf dengan biaya sendiri halal. Saya wiraswastawan turun-temurun. Syukurlah kami ada dua took, toko bangunan dan onderdil sepeda motor di Tangerang, kami tinggal di Jakarta, menjadi jengkel kareba bau wangi campur-aduk tak karuan, juga bau pengharum ruangan.
Minggu yang lalu saya silaturohmi ke kerabat kami di kota Malang yang merupakan juga kota kelahiran saya. Kota Malang tidak seperti kota Tangerang, Jakarta ataupun kota-kota satelit Jakarta yang lain. Kota Malang lebih sejuk, lebih tenang, lebih rapi dan kebersihan selalu dipelihara, bis-bis penumpang di kota Malang selalu dicuci setiap hari dan kursi-kursinya selalu dipel tiga kali sehari, maka bis-bis itu tetap bersih dan tidak berbau macam-macam setelah dipakai para penumpang. Malang lebih disiplin dibandingkan kota Jabodetabek.
Beberapa kerabat saya juga wiraswastawan-wiraswastawati, hijrah ke Malang tepatnya ketika krismon membenturkan rakyat negeri ini hingga membuat Suharto lengser tahun 1998. Suharto, setidaknya pandngan generasi kami usia 55-an, bukan usia anak-anak muda sekarang yang tidak tahu dengan baik soal Suharto, menurut saya jauh lebih baik dibandingkan presiden-presiden berikutnya, apalagi presiden yang saat ini. Dengan bau tak karuan di bis Tangerang-Jakarta Jakarta-Tangerang itu saya menjadi jengkel bukan kepalang, ingin membanting supir bis yang bisnya saya naiki itu meskipun saya perempuan. Presiden saat ini, SBY, sebagai pemimpin nomor satu harusnya seperti Suharto ketegasannya, berani mendikte dan menekan gubernur Jakarta dan walikota-walikota agar melakukan kebersihan dan kedisiplinan untuk kota-kotanya, tidak melakukan apa-apa, dan lebih banyak mentolerir, tidak seperti Suharto yang tegas meski suka tersenyum..
Tiap hari saya memakai jasa bis Jakarta-Tangerang Tangerang-Jakarta, terus sepanjang tahun. Bau wangi campur-aduk tidak karuan, ada di bis-bis itu. Bau tak karuan itu juga ada di bis-bis AC warna biru itu, yang ACnya hanya membuang angin kencang ke wajah-wajah kita, wajah-wajah penumpang yang muram yang selalu prihatin dengan angkutan umum kita yang tak ada perubahan menjadi nyaman dan cepat sampai. AC angon doang itupun malah membuat masuk-angin.
Bau wangi campur-aduk tak karuan, bau pengharum ruangan, bau minyak nyong-nyong, bau minyak wangi murahan, leboh baik mandi pakai sabun bersih dan tanpa bau wangi tak karuan saya kira lebih baik, ditambah lagi bau keringat padatnya penumpang. Bau seperti ini, kata banyak orang, marak di semua bis di Jabodetabek, seperti maraknya alasan-alasan, silat-lidah dan sandiwara mayoritas anggota DPR dan para pejabat pemerintahan negeri ini.
Padahal bau-bau itu, masyaAllah, jelas tidak ada selama kami berkunjung ke kota Malang. Juga ketika saya pergi ke RRC. Negeri bambu itu kini menjadi sangat maju pesat, meninggalkan Indonesia jauh di belakang, kota-kota di Cina sedang lari cepat menyusul kota-kota dunia. Jangan menyebut Indonesia.
Bau tak karuan di bis Tangerang-Jakarta ini ada kaitannya dengan bisnis kecil-kecilan keterpaksaan akibat pemerintah yang tak bertanggung jawab. Suatu hari ketika saya pulang, saya sengaja tidak naik dari depan toko saya, melainkan langsung dari terminal bis Tangerang. Saya sengaja memilih bis urutan agak belakang agar bisa duduk agak nyaman.
Terdengar srat-srit-srot srat-srit-srot. Seorang pemuda menyemprotkan pengharum ruangan di kursi-kursi bis yang saya naiki. Srat-srit-srot, srat-srit-srot. Dari kursi belakang hingga ke kursi paling depan, juga kursi supir. Saya jengkel dan berkata: “Jangan kau seimprooootkan terus itu! Raaaaacun itu! Hentikan!” kata saya jengkel, menirukan logat kawan perempuan saya asal Medan, yang tegas tidak seperti presiden saat ini. Pemuda itu menyemrpot dengan sedikit cepat dan agak gugup, sepertinya takut juga dia dengan saya, mungkin dikira saya tahu persis karakter orang Medan, meskipun aku perempuan Jawa Timur kelahiran kota Malang.
Pemuda itu ngloyor tetapi sempat ngledek dengan terus nyemprat-nyemprot dengan cepat kursi-kursi kosong. “Biar baunya enak, biar bis ini tidak baaaaulah,” katanya. Rasanya ingin saya tendang dia. Saya jejek-jelek dulu karatekawati berban hitam yang kini sudah tua. Tetapi semangat saya selalu muda.
Pemuda itu turun dari bis lalu minta uang ke supir bis itu yang berdiri merokok di luar. dan supir memberinya uang. Gila, gumam saya, beginilah cara tak mendidik yang ditolerir petugas dan pejabat. Presidennya juga tidak jelas, gumam saya, kota-kota di negeri ini akibatnya ya begini. Hanya seputar jalan Thamrin yang bersih untuk “pamer kebohongan” kepada turis asing yang dikira tidak tahu tentang Indonesia.
Kisah nyata ini rupanya dialami banyak penumpang di Jabodetabek. Tiada hari tanpa bayangan bahwa besok siang, atau sore, saya dan para penumpang yang lain akan terus menghidup udara kotor Jakarta dan tangerang dan mbaui bau-bau macam-macam tak karuan itu. Para pejabat pemilik mobil-mobil mahal yang tidak merasakan kesengsaraan itu. Kebanyakan warga kota ini acuh tak acuh, tak terlalu mentolerir, sehingga gubernur dan walikota semakin tidak tahu tugas mereka.
Pada hari peringatan menyatakan kemerdekaan, 17 Agustus 2009, ini sebab faktanya kita memang belum merdeka sebab merdeka harus diwujudkan dengan bukti nyata kemakmuran bagi rakyat dan bukan kemakmuran para pejabat belaka, tiada salah kalau kita berbagi perasaan, berbagi renungan kembali makna adakah merdeka itu di bangsa ini, ketika nyata di depan mata kita negeri ini jalan di tempat atau malah mundur. Nyatanya pemerintah dan para pejabat itu tidak berhenti berkorupsi. Seperti minyak nyong-nyong.
Seperti minyak nyong-nyong itu, bau kebusukan mereka mesti ditutup-tutupi, membahana kemana-mana. Presiden menjadi bertindak ngeper, membiarkan segala masalah kecil dan besar terus ada tanpa punya rasa malu dengan pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa lain.
Seperti minyak nyong-nyong, korupsi mereka secanggih apapun menyembunyikannya, mereka akan menuai akibatnya. Itu hukum alam. Apalagi setelah mereka sengaja membiarkan kedisiplinan dan keteraturan, mulai dari hal-hal kecil seperti di atas, dibiarkan.
Disiplin kecil sederhana saja tak ditegakkan apalagi yang besar. Bis-bis jarang dipel kursi-kursinya dan hanya disemprot semport pengharum ruangan. Sinting. Sementara, AC bis malah diberi gantungan pengharum ruangan yang mengandung zat beracun, dapat menimbulkan pusing kepala karena zat kimiawi beracunnya dan tak ramah lingkungan.
Jasa-jasa liar seperti yang dilakukan pemuda yang menyemprotkan pengharum ruangan di bis-bis itu sangat tidak mendidik. Mengkikis pelan dan habis kedisiplinan. Anehnya dibiarkan. Seperti ini Jabodetabek dan seperti ini juga gambaran Indonesia. Ini jelas bukan sebuah bangsa yang diinginkan Sukarno. Ini hanya karena kegilaan para pejabat bangsa ini yang tidak segera berhenti. Baagaimana negeri ini 20 tahun lagi.
Setahun presiden bertugas namun tak menjalankan konstitusi, dia harus dilengserkan. Begitu pula, DPR setahun bekerja dan tidak menunjukkan gebrakan, maka harusnya dibubarkan. Gerakan rakyat yang canggih seperti inilah yang terjadi di era penjatuhan Ferdinand Marcos di Filipina, juga penjatuhan Thaksin Shinawatra di Thailand bahkan oleh militer sekalipun, militer Thailand perduli rakyat. Gerakan itulah yang terjadi ketika revolusi Iran. Itulah yang terjadi di sejumlah bangsa lainnya, dimanapun, baru maupun lama.
Jadi kapan rakyat menikmati kemakmuran, bukan hanya para pejabat? Selagi pemberantasan korupsi hanya sandiwara, hanya untuk mengelabuhi rakyat biar seakan-akan pemerintah bekerja, tentu tidak ada yang menguntungkan bagi rakyat. Rakyat tahu itu hanya kampanye untuk mempertahankan kekuasaan dan merampok kekayaan negara dan rakyat.
Kini seluruh pegawai negeri sudah mendapat “ransum” uang korupsi berjamaah mereka untuk menggolkan presiden ini menjadi presiden lagi. Kini di zaman presiden SBY, para pejabat kaya-kaya, sementara rakyatnya miskin-miskin.
Inilah ketika presiden tak tegas dan selalu ragu. Presiden yang tak tegas dan selalu ragu akan membuat seluuuuuruh pejabat atasan-bawahan tidak disiplin, tak punya malu, tak bermoral, tak menegakkan aturan dan disiplin, jangankan hukum. Presiden yang mentoleris adalah presiden yang menghancurkan sistem. Presiden yang membiarkan adalah presiden yang tak punya pemikiran. Semua pejabat atasan-bawahan manapun dan apapun akan menjadi melecehkan presiden itu, sementara rakyat yang dirugikan.
Kita telah menyatakan merdeka, baru menyatakan merdeka dan belum menikmati kemerdekaan, sebab kita kembali kini dijajah saudara sendiri, untuk kesekian kalinya bahkan hingga detik ini 17 Agustus 2009. Indonesia semakin parah, khususnya setelah Indonesia di bawah presiden saat ini.
Presiden yang tanpa wawasan global jelas seperti minyak nyong-nyong. Makin ditutup-tutupi makin bau bau tak karuannya. Kalau hanya berpidato, beo pun bisa. Kalau hanya pidati jelas akan sangat menyengsarakan rakyat apalagi dengan kepandaiannya berpura-pura. Hilanglah kedisiplinan, lenyaplah harapan kemakmuran bagi rakyat, karena kepura-puraan dan tidak ada komitmen bagi kemakmuran rakyat.
Kita renungkan lagi anak-anak muda yang harusnya bisa berguna seperti di bangsa-bangsa beradab yang lain, di negeri ini menjadi sia-sia seperti anak muda yang menyemrprotkan pengharum ruangan di bi situ, juga seperti ibu-ibu yang membeli ditipu dengan minay-minyak wangi palsu murahan, yang menghabiskan waktunya hanya untuk dibohongi. Ibu-ibu hingga seusia saya masih bisa berwiraswasta dengan baik, halal dan professional, tanpa berpura-pura dan terus menghisap harta korupsi suami-suami mereka, untuk juga membeli minyak nyong-nyong.
Semoga anak muda di terminal yang menyemprotkan pengharum ruangan itu sudah kembali ke tanah airnya Suamatra Utara, menggarap sawahnya seperti ayahnya dulu. di zaman Suharto yang makmur. Semoga supir bis yang memasang gantungan pengharum ruangan di AC bisnya pandai menolak diploamtis, tak membeli lagi gantungan pengharum AC ruangan, yang meracuni paru-paru para penumpang. Inilah renungan dari hal-hal kecil tetapi bermakna dalam pada peringatan pernyataan kemerdekaan 17 Agustus 2009.
Saat dua teman saya membaca kisah ini mereka saling menyalahkan: “Negaramu itu kan?!” kata yang satu. “Aaaah, negaramu itu, Ratu!” kata satunya memanjakan.. “Negaramu, ki Ajeng!”. Lalu satunya jengkel, “Negaramu, monyong!”, “Negaramu, tolol!” Saya menggeleng-gelengkan kepala. Mereka terus bertengkar. “SBY-mu, monyong!”, SBY-mu, tolol!, SBY-mu!, “SBY-mu!” “SBY-mu!”, “SBY- saya! Eh salah!” Inilah Negara dengan presiden dan pejabat-pejabat minyak nyong-nyong. Negeri minyak nyong-nyong.
Pemimpin di Indonesia suka sengsarain Rakyat
Jangan harep Papua dan Aceh bisa merdeka kalau pemimpin di Indonesia semua tahu tetap bermental sama dengan yang lama, suka sengsarain rakyat sendiri. Rakyat juga yang salah.
Mudah dipecah belah dengan macam-macam isu, alasan, rekayasa, teori-teori yang sengaja dikucur ke bawahan hingga suara menjadi seragam bahwa A itu A dan rakyat terima tanpa pikir.
Aku hanya yakin kecuali kalau ada revolusi maka merdeka Papua dan Aceh dan lainnya akan datang sendiri. Teori-teori bahwa ini dan itu demi NKRI hanya bohong belaka agar rakyat terus mudah ditipu.
Juga selama Golkar dan orang-orang lama masih bercokol jangan berharap ada yang berubah seperti sejatinya perubahan.
Tentu tidak mungkin negeri ini bisa membangun siapapun presidennya. Malaysia lebih baik dalam segala hal dibandingkan dengan Indonesia. Saya tadi pagi menyaksikan sebuah acara di TVRI yang menampilkan biduan ternama Siti Nur Haliza dan sahabatnya dari Indonesia. Haliza sangat sopan dalam berjoget sementara sahabatnya dari Indonesia bergoyang-goyang jorok. Dari sini kita sudah bisa melihat bahwa Indonesia memang jorok dan tidak sopan seperti para pemimpinnya apalagi SBY yang hanya mengumbar pesona. Pilih saja Megawati, lebih jujur. Mari berharap Indonesia lebih baik setelah kembali ke pangkuan Megawati. Namun Aceh tidak bisa merdeka, Sydney, bila Indonesia dipimpin Mega.
HAMENGKUBUWONO X, RUU PORNO DAN SBY/JK
Laporan laporan media lokal menyebutkan Hamengkubuwono X telah menyatakan mencalokan diri sebagai Presiden RI 2009-14. Saya kira itu tepat. Nusantara/Indonesia adalah Yogyakarta, Yogyakarta adalah Nusantara/Indonesia. Kesultanan Yogyakarta adalah pemerintah sah RI. Hamengkubuwono X kini sadar. Dahulu, kesultanan Yogya dipandang Belanda sebagai berbahaya, maka kesultanan potensial itu direduksi kekuasaannya. Nusantara/Indonesia menjadi RI dan pemerintahan/kesultanan/kerajaan itu diperkecil sekecil kecilnya, dan pemerintahan dipindah ke Yakarta. Era kolonialisme Belanda lama selesai. Pencalonan Sri Sultan Hamengkubuwono X tepat. Semua pejabat tinggi Indonesia termasuk SBY/JK dan seluruh rakyat harus merestui, mendukung dan membuat Hamengkubuwono X menjadi Presiden RI periode 2009-14.
Tentang RUU Pornografi/aksi. Banyak orang di Indonesia memandang RUU itu tidak tepat dan akan membuat perpecahan, itu tidak benar. Tentu mereka itu tidak membaca RUU tersebut. RUU itu sanga baik. Sebab saat ini terjadi degradasi moral/etika luarbiasa hancur di Indonesia akibat tayangan tayangan televisi hiburan nasional yang sangat tidak bertanggung jawab dan tidak mendidik. Mungkin televisi televisi itu dipegang oleh orang orang muda frustrasi dan tidak memandang penting membangun bangsa; khas manusia Indonesia di kalangan manapun. Tv tv Indonesia khususnya tv tv hiburan sangat buruk dibadingkan di Amerika sendiri. Hiburan hiburan tidak ebrkualitas dan tidak jelas itu hanya ada di Indonesia dan di tv tv swasta Taiwan dan Hong Kong. Tetapi masarakat Taiwan dan Hong Kong menikmati hidup makmur, Indonesia tidak mlainkan termiskinkan, mencipta banyak pelacur. Indonesia rusak. RUU itu sebaiknya segera disahkan, untuk memulihkan kehidupan yang baik bagi para remaja Indonesia, tunas tunas bangsa Anda sendiri. TPI bukan singkatan Televisi Pendidikan Indonesia tetapi Televisi Perusak Indonesia.
Soal SBY/JK. Karena kepemimpinan mereka sangat buruk dan hanya menjual pesona: iklan iklan kampanye publik, janji janj palsu, dan BLT itu juga membuang uang negara dan kebanyakan tidak sampai kepada golongan miskin Indonesia, maka SBY/JK harusnya tidak usah mencalonkan lagi sebagai presiden dan wapres 2009-14. SBY bahkan diam saja terhadap runtuhnya moral remaja Indonesia, kebodohan remaja Indonesia, karena tv tv hiburan seperti TPI. SBY tidak punya inisiatif membenahi tunas tunas bangsa. Sedangkan JK juga tak jelas. SBY misalnya hanya mencipta dirinya dan Menpora Adyaksa Dault mengumbar kayaan iklan iklan publik membuat lagi lagi janji janji semangat palsu bagi pemuda Indonesia. Dault teriak teriak seperti orang gila, mengira para pemuda Indonesia tidak paham iklan iklan publik yang menghabiskan dana besar. Mereka tahu itu bertujuan kampanye saja. SBY/JK sudah harus ditinggalkan, tidak laku apalagi dengan cara cara seperti itu.
Rakyat Indonesia kini hanya ada beberapa pilihan: pilih Hamengkubuwono X dengan cawapres Rizal Ramli, Indonesia baru pelan pelan bisa bangkit. Kalau tidak bisa ambruk. Indonesia akan membangun konkrit kalau wakil presiden adalah ekonom. Bagaimana sebuah negara bisa membangun ekonomi kalau pemerintah saat ini, tidak memiliki wawasan ekonomi dan tidak menyiapkan perencanaan ekonomi membangun fondasi ekonomi massal baik jangka pendek, jangka menengah maupun panjang? Itu yang dilakukan banyak negara hingga saat ini. Mogae dari Botswana Afrikia Selatan membuat kemajuan kesejahteraan hakiki bagi rakyat Botswana karena dia adalah ekonom yang baik dan populis! Negara negara lain seperti Amerika pun dulu membangun dengan fondasi ekonomi sangat jelas, sebab itu standar semua negara manapun. Hamengkubuwono X perlu didampingi Rizal Ramli. Kalau didampingi JK, tidak akan terpilih.
Ada juga calon presiden lain: Fajrul yang nasionalis total, tetapi Fajrul masih menjadi perempuan belum tegas. Ada juga Prabowo nasionalis pembela dan pejuang untuk petani, semoga benar seperti itu, ada uga Rizal Malarangeng yang tidak jelas, ada Wiranto yang bernurani rakyat tapi kurang jelas, atau ada juga Tifatul Sembiring yang nasionalis, Islamis dan intelektual.
Indonesia sesungguhnya sangat mudah. Kalau kepemimpinan nasionalnya tegas/berani, maka rakyat akan baik. Sebaliknya, kalau kepemimpinan itu lemah, seluruh pejabat dan pegawai negeri gila korupsi dan rakyat semakin termiskinkan.
Saya kira sebaai orang Amerika yang tahu banyak soal Indonesia bisa saya katakan bahwa Indonesia tidak memerlukan presiden cerdas/pintar, Indonesia hanya perlu Presiden yang jujur/baik dan tegas/berani. Hanya itu.
Tidak perlu SBY yang tidak jelas, tidak perlu JK yang lebih tidak jelas.
Ex-militias “sing” role in communist slaughter
By Antony Deutsch
Associated Press
SURABAYA: The men bound the thumbs of dozens of suspected communists behind their backs with banana leaves, and drove them to a torch-lit jungle clearing. As villagers jeered, the prisoners were killed – one by one.
“There was no resistance,” remembers Sulchan, then the 21-year-old deputy commander of an Islamic youth militia. “All of them had their throats cut with a long sword.”
Sulchan was a killer in one of the worst atrocities of the 20th century, where up to half a million people were massacred in 1965-66 in a purge of communists which was allegedly backed by the United States government. The bloodbath swept into power the dictator Soeharto, who ruled for more than three decades.
Today, Indonesian history books make no mention of any deaths, and government and military officials depict what happened as a necessary national uprising against a communist threat.
In a series of interviews with The Associated Press, Sulchan and three other killers said the massacres were in fact a carefully planned and executed state operation and described some of its horrors for the first time.
In their rare testimony, all the men spoke of what they did with detachment and often pride, and expressed no regret at what they described as defending their country and religion, Islam.
The CIA refuses to talk about the operation. But documents released by the National Security Archives in Washington, D.C., show that the U.S. Embassy passed the names of dozens of Communist Party leaders, and possibly many more, to the Indonesian army, along with some of their locations.
Documents also show that officials from the U.S. Embassy in Indonesia passed on information to Washington about the killings of 50 to 100 people every night. The U.S. Embassy declined to comment.
Even after Soeharto’s death in January, many who aided the purge are still in positions of power of influence, including former and current government, military and intelligence leaders, experts say. And the suppression of information about the abuses of the era means there has been no meaningful redress for the families of the dead.
“So bizarre that in all the newspapers and magazines published since late 1965, it is extraordinarily rare to find a perpetrator’s description of the killings,” says John Roosa, a professor at the University of British Colombia who wrote the book “Pretext for Mass Murder.”
The testimony of the four men gives a glimpse into how the killings unfolded.
The frenzy began shortly after Sep.30, 1965, following an apparent abortive coup in which six right-wing generals were murdered and dumped in a well near the capital, Jakarta. Soeharto, an unknown major general at the time, stepped into the power vacuum. He blamed the assassinations on Indonesia’s Communist Party and claimed they were targeting Islamic leaders.
No conclusive proof of communist involvement in the coup has been produced, but the party was then the largest outside the Soviet Union and China, with some 3 million members. It also had an armed wing and serious financial clout. Its growing ties with China and Russia worried Washington, at a time when the Vietnam War was intensifying and fears of communist takeovers in Southeast Asia were running high.
The four men interviewed by the AP were members of the local Islamic youth militia, Banser, or of anti-communist youth movements in East Java. They were in their 20s at the time, and Sulchan and his superior jointly commanded a 200-member branch of Banser.
Sulchan, now a 64-year-old preacher, says the “order to eliminate all communists” came through Islamic clerics with Indonesia’s largest Muslim organization, Nahdlatul Ulama. Sulchan led the first killing in his neighborhood that of a schoolteacher, Hamid, said to have had communist ties.
We “hit him in the head with a sledgehammer and he died instantly,” says Sulchan, a tall, lanky man who wears a wrap-around Javanese sarong, his crooked teeth stained by years of smoking sweet clove cigarettes. He points calmly up the street to the spot of the murder, a piece of cracked pavement and an abandoned kiosk overgrown with weeds.
On another day, his men decapitated a man named Darmo because they feared he would return to life and take revenge. His head was hung from a banyan tree in the town square and his body dumped on the other side of the river, says Sulchan, sitting on the tiled floor of his mosque.
On one night, Sulchan’s platoon helped unload 20 to 30 prisoners at the execution site and beat to death a man who tried to escape. The rest were forced to the ground and killed. A man pleaded with his executor to tell his child to study the Quran, Islam’s holy book. The executor agreed, then murdered him too.
The bodies were dumped in a ditch. Such scenes were repeated across Java, Sumatra and the eastern island of Bali for several months in 1965 and 1966.
“I am convinced the actions were justified because communists were the enemy of my religion,” says Sulchan. “I thought: This is what people get for not submitting to religion. I felt righteous.”
Sulchan’s superior, Mansur, commanded the Banser militia for two years and describes a highly efficient operation. Mansur, who like many Indonesians goes by one name only, collected the names of suspected communists in the region. Their houses were marked in red on maps, and he ordered his men to round them up.
“We didn’t want the country to become a communist state,” says Mansur, sitting on a porch bench after returning from Friday afternoon prayers, wearing a tidy Indonesian batik shirt, thin spectacles and an Islamic cap. “I don’t have any regrets.”
A few miles away, businesses and homes said to be communist were plundered and their owners driven away, says Munib Habib, who led an anti-communist student movement. The houses belonged to Indonesian-Chinese, a much-resented minority in Indonesia targeted again in 1998 riots that left hundreds dead.
“We were informed by a spy that they were hoarding staple foods. We went to the shops and dragged out the owners,” says Habib, now a 64-year-old Muslim cleric and politician.
Satuman, a former member of the youth wing of the National Party who now lives in a simple cement house with his son, says the kidnappings and killings targeted not only known communists, but retired army and navy members, peasants and teachers.
He says he saw people taken in trucks from the local prison for mass killings in the evening. About 60 people were shoved to the ground and butchered as they screamed, he says. Then the bodies were dumped in a freshly dug trench, some of the victims apparently still alive.
“The soldiers opened fire into the hole,” remembers Satuman, 68. The men spoke proudly of saving the nation from a communist takeover targeting Islamic leaders. However, the claim that the massacres were necessary is indeed unjustified, Roosa says.
Weirdly even today, a ban on the Communist Party remains in force in Indonesia, whilst people marked as ex-political prisoners endure lingering mistrust and discrimination. Witnesses to the state-sponsored killings were silenced under the Soeharto dictatorship, fearing kidnapping, imprisonment or even death. End.
BANGSA YANG MEMANGSA BANGSA SENDIRI
KEJAHATAN KLIK KERAJAAN INDO YANG TIDAK DILAWAN
By Violinie Makhmud
The Malaysian Students Club (MSC) Sabah, Malaysia
(untuk hubungi saya bolehlah dimajukan di email saya di violiniemakhmud@yahoo.com)
Tuan Da’i Bahtiar duta besar Indonesia untuk Malaysia merupakan satu bagian persekongkolan klik kekuasaan di Indonesia. Pejabat-pejabat berpusing posisi di atas selamanya tanpa tokoh-tokoh muda Departemen Luar Negeri yang diberikan kesempatan menjadi duta-duta besar. UU BHP, undang-undang badan hukum pendidikan, pun untuk mencuba-cuba rencana persekongkolan pembodohan terhadap anak anak rakyat supaya klik kekuasaan berkuasa selamanya. Maka tidak ada lagi anak anak rakyat memperolehkan pendidikan universiti yang murah, adalah kehancuran Indonesia. Di Indonesia, tidak ada jeneral-jeneral yang baik seperti di Thailand yang akhirnya memilih menyokong gerakan mahasiswa dari belakang bagi penyelamatan negara dari Somchai/Thaksin, pula boneka-boneka.
Dinyatakan bahawa universiti-universiti kerajaan di Indonesia diharapkan menyedia prosentase beasiswa bagi anak-anak tidak mampu, ini menyestakan kerana praktik Indonesia selalu lain sepanjang masa. Website website universiti kerajaan nyata-nyata berkata bahawa seorang pelajar boleh diterima asalkan bersedia membayar berkuliah bahkan hingga 50 juta rupiah, kami berpandangan itu mahal bagi rakyat. Rupanya DPR, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beramalkan KKN dan diskriminasif terhadap rakyat sebangsa sendiri, memandang sebuah pendidikan dari saku kandidat mahasiswa, pelanggaran HAM dan Konstitusi. Mengapa tidak ada sanksi-sanksi bagi DPR/Presiden dan Wakil Presiden? Kami tak paham.
Rupanya belum lima tahun berkuasa, Presiden membiarkan DPR mengambil dan membelenggu hak terpenting anak-anak rakyat yakni pendidikan murah di dalam universiti universiti kerajaan, sementara kerajaan beramalkan perut anak anak rakyat dikeroncong. Itu tidak semata-mata melanggar HAM namun juga melanggar UUD 1945 kerana nyata-nyata menghapus pendidikan universiti kerajaan yang murah yakni hak bagi semua anak anak bangsa Indonesia. DPR telah mengesahkan UU BHP dan Presiden diam sahaja seribu bahasa, nyata-nyata high level KKN, padahal UU BHP berlawanan dengan legislasi tertinggi yakni UUD 1945. Dari mata telanjang Presiden nyata-nyata terlibat justeru melepas tanggung jawab pendidikan tinggi yang murah bagi semua. Kawan-kawan mahasiswa Indonesia jangan berhenti untuk menekan dengan demo-demo besar terpusat dan terfokus untuk membatalkan undang-undang kejahatan daripada kerajaan Indonesia. Pengadilan Konstitusi harus ditekan supaya cepat membatalkan undang-udnang ini kerana itu konspirasi klik kekuasaan bahkan ketika rakyat Indonesia memperoleh kehidupan berkesusahan.
Semua nelayan, petani, guru, tentera berpangkat rendah, pegawai rendah/menengah, pengusaha kecil/menengah tidak boleh menyekolahkan anak-anak mereka ke universiti universiti kerajaan kerana direkayasa mahal oleh kerajaan. Orangtua kami dahulu bersekolah di universiti Jakarta dengan beasiswa Malaysia Indonesia. Universiti universiti kerajaan di Indonesia dahulu ada banyak sekali anak anak rakyat seperti universiti universiti Malaysia sekarang ini. Universiti-universiti kerajaan di Indonesia mahal kerana kerajaan Indonesia sudah ‘busuk amalan korupsi’ kerana DPR, Presiden dan Wapres bersekongkol jahat tidak mengadakan UU Pembuktian Terbalik.
Di Malaysia, kerajaan untuk seluruh rakyat. Erti kata lain, kami bersekolah di universiti universiti kerajaan Malaysia murah dan berkwaliti. Selain ini ada sangat banyak di antara kami memperolehkan beasiswa percuma. Selain ini kerajaan Malaysia menanggung beasiswa bagi kawan-kawan yang bersekolah di universiti negara-negara asing. Kerajaan Malaysia tak membiarkan mahasiswanya semata-mata dari beasiswa daripada negara asing.
Rupanya kerajaan Indonesia tidak paham konstitusi sendiri UUD 1945. Konstitusi Indonesia sama dengan konstitusi Malaysia diadopsikan dari Eropa dan menyedia pendidikan universiti gratis bagi semua anak rakyat tanpa berkecuali. Beberapa pejabat tinggi Indonesia sering banyak cincong bahawa pendidikan universiti di Indonesia ‘terlalu murah’ dibandingkan dengan negara-negara lain dan memperbandingkan keliru dengan di dalam Amerika Sarikat. Amerika Sarikat menyedia pendidikan universiti mahal apabila dipandang dari sudut-pandang upah rakyat Indonesia bukan dari sudut-pandang upah rakyat Amerika Sarikat. Bagi rakyat Amerika pendidikan universiti kerajaan mereka murah. Rupanya terdapat senario jahat Indonesia di dalam UU BHP supaya anak-anak rakyat tidak boleh menikmati pendidikan universiti yang murah dan supaya klik berkuasa terus menggenggam kekuasaan selamanya dan boleh mewariskan kepada keturunan mereka sendiri semata-mata. Kerajaan kejam kepada rakyat kerana tidak beramal untuk anak sebangsa, nyata-nyata pelanggaran HAM berat dan UUD 1945. Cara ini dahulu digunakan oleh Belanda berkuasa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) selama beratus-ratus tahun. Kolonis tidak lagi di Indonesia namun neo-kolonialism tak nampak terus dijalankan oleh klik kekuasaan intern. Inilah sebuah bangsa yang menelan bangsa sendiri.
Tetapi ini dirasa tidak akan terjadi sekiranya mahasiswa Indonesia bergerak rapi terpusatkan dan skala nasional. Pengusaha-pengusaha nasional harus rapi membiaya mereka dan menyedia logistik makanan bagi penekanan terhadap DPR/Presiden sehingga Pengadilan Konstitusi cepat membatalkan UU BHP. Bukankah pengusaha nasional Indonesia seperti yang lain dahulu juga menyokong gerakan mahasiswa 1998 yang kini diselewengkan kerajaan sekarang? Sokonglah mahasiswa supaya bergerak solid. Kerana apa jadinya bangsa Indonesia tahun-tahun berhadapan? Saatnya seluruh akademisi berinisiatif turut serta gerakan alians mahasiswa dan menggantikan dan meminggirkan rektor-rektor yang tidak setuju pembatalan UU BHP, kerana UU ini kejahatan sadis yang diamalkan kerajaan Indonesia. Kawan-kawan mahasiswa Indonesia perlu mengadopsi strategi Alliance for Democracy mahasiswa dan rakyat Thailand. Thailand berhasil menjatuhkan PM Somchai melalui MKnya dan pertubuhan parti Somchai/Thaksin tidak boleh turut pemilihan lima tahun. Maka sangat dahsyat.
Reformasi 1998 di Indonesia sudah tak semata-mata diselewengkal tetapi telah dijungkal dan harus dikembalikan pada relnya. Perlu sekali lagi sentuhan tangan-tangan berwawasan daripada tuan doktor ‘sekarang kerupuk kena air’ Amien Rais, tuan doktor Sri Bintang Papungkas, tuan doktor Mohtar Pahpahan dan tuan dokter Hariman Siregar bagi pembatalan daripada UU BHP dan perkara-perkara nasional terpenting lain yang telah dan akan membelenggu beratus-juta anak rakyat. Reformasi terbaru harus segera dipusing kerana tidak bakal ada lagi Indonesia di masa hadapan apabila tidak. Apabila kawan-kawan Thailand berhasil menjatuhkan PM Somchai hanya dengan dukungan logistik makanan dari pengusaha-pengusaha dan semua akademisi dan rakyat kota, mengapa kawan-kawan Indonesia yang negara dibajak kerajaan dari waktu ke waktu tidak mampu? Jangan menunggu dukungan CIA. CIA tidak mendukung mahasiswa Thailand apalagi mahasiswa Indonesia sekarang ini. PM Somchai adalah boneka Thaksin, Thaksin boneka Inggris, Thaksin bos tim bola Inggris. Daripada malu dan tampak, maka Inggris mengusir Thaksin yang sekarang tinggal di Yordania.
Kami mahasiswa Malaysia memandang bahawa apabila pendidikan universiti kerajaan di Indonesia tidak boleh bagi beratus-juta anak rakyat namun bagi anak-anak pejabat seemata-mata, nescaya Indonesia menghilang tahun-tahun masa hadapan. Saatnya tokoh-tokoh akademi membuat komunikasi Internet rapi bagi sebuah gerakan penyelamatans sebangsa. Anak-anak rakyat diseluruh Indonesia termasuk mereka daripada Aceh dan Papua jangan terlena dan harus solid berdemonstrasi jangan berpikir lambat, atau akhirnya juga nanti akan bersatu jua bahkan disokong oleh anak-anak tentera berpangkat rendah yang juga dirugikan kerajaan ini dan akhirnya bersolidariti. Namun semua sudah terlambat kerana sekarang sahaja negara/rakyat Indonesia tidak nampak tidak ada lagi. Yang ada semata-mata klik kerajaan yang serakah merampas hak anak anak rakyat sebangsa Indonesia untuk kemewahan mereka sendiri dan dinasti, mereka memperlakukan anak anak rakyat dari Aceh sehingga Papua tidak lebih daripada sebagai kacoa-kacoa, sebuah bangsa yang memangsa bangsa sendiri. (The op-writer Violinie Makhmud, a student activist at The Malaysian Students Club MSC, Sabah, Malaysia).
Hello,
I’m Russal Scott the director of Marketing of CABAT Financial Services. Here at CABAT we specialize in collecting on your companies Delinquent Receivables with a strong emphasis on Compliance. These accounts may have been charged off and written off to reduce your taxable liability. These customers are considered to be in direct violation of civil law based on the fact that they have in breached a legal and binding contract. The statue of limitation allows our firm to go in and collect. I call this strategy the WHEEL and mentioned it to the Wall Street Journal. A good strategy would be to take your losses or Delinquent Account Receivables and turn them into wealth. The worst thing that can happen in business is to render services and not receive payment. The definition of Business is to take a risk to make a profit. I’m talking about taking losses and building wealth. My Business Consultant background says use the money for advertisement to build your customer base. When you calculate the business sale price or your net worth your customer base will have a lot to do with the revenues that are averaged in for a number of years in addition to equipment, products, the brick & mortar. Will give you your net worth or sale price.
King Russal Scott –Director Marketing
King Russal Scott World Wide Marketing/MOGO