Wilayah Palestina senantiasa bergolak dari masa ke masa. Beruntung saya mendapat kesempatan meliput ke wilayah bergolak ini sampai ke Jalur Gaza, Hebron, Betlehem, Ramallah dan tentu saja Jerusalem tua dan baru.
Kesempatan itu datang ketika pemilihan Presiden Palestina saat itu terpilih Yasser Arafat dan pemilihan umum Israel dimana tokoh Likud Benyamin Netanyahu muncul sebagai pemenang dengan perbedaan ribuan suara itupun karena suara tentara yang bertugas di perbatasan Lebanon.
Saya berkesempatan datang ke wilayah Palestina dengan Mustafa Abd Rahman, wartawan Kompas kawakan dari Cairo. Kami seperti biasa bertemu di Amman, Jordania.
Beberapa tips akan dikembangkan kemudian tapi kira-kira seperti ini:
1. Visa masuk Palestina. Saat tahun 1995 satu-satu entry point adalah lewat darat di Amman. Jadi karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik maka pintu masuk Amman itu digunakan sebagai cara mencari visa. Beruntung pihak Israel berfikir pragmatis karena kami datang sebagai peziarah ke Jerusalem bukan sebagai wartawan makan visa jiarah ini pun dikeluarkan dengan motif bisnis. Jutaan peziarah setiap tahun datang ke Jerusalem baik dari Muslim, Kristen atau Yahudi sendiri. Disinilah tempat suci agama-agama besar berada. Beruntung pula Israel tidak mencap paspor karena akan jadi masalah ketika kembali ke Jakarta. Cukup mereka melampirkan kertas yang ditempelkan ke paspor kita dan setelah keluar dirobek untuk dibuang atau disimpan sebagai kenangan. Banyak biro perjalanan yang mengatur orang asing masuk ke Israel.
2. Sebaiknya kalau ada tugas liputan bersikaplah seperti turis, jadi barang bawaan tidak harus koper besar. Di lapangan akan sulit membawanya. Cukup simpan di Amman saja kalau koper itu merepotkan. Di perbatasan Jordania – Israel dengan naik bus kita akan turun untuk diperiksa di cek point Jordania kemudian tidak lama kemudian diperiksa di perbatasan Israel. Kalau di Jordania suasana santai, lain lagi kalau memasuki Israel. Kita akan diperiksa di mobil satu persatu paspornya kemudian baru diijinkan memasuki pos pemeriksaan Israel. Disini biasanya diperiksa total oleh tentara – sebenarnya wajib militer – Israel bukan tentara reguler. Mereka tampil trendi dengan baju militer dan kaca mata. Di sinilah para pengunjung diperiksa habis-habisan. Ada yang ditolak ada juga yang dipersilahkan langsung naik bus kembali.
(to be continued)