• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Academic Profile

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Category Archives: Teknik Penulisan

Pengalaman di Kuwait pasca Perang Teluk 1991

25 Monday Dec 2006

Posted by Setiawan in Teknik Penulisan

≈ 3 Comments

Tulisan saya bersama wartawan senior Kompas M. Sjafe’i Hassanbasari di Kuwait merupakan salah satu karya jurnalistik ke daerah pasca perang. Barangkali menarik mengenai cara pelaporannya.

LIMA HARI SETELAH KUWAIT DIBEBASKAN

*Lima jam di Kuwait City (1)

 

Pengantar Redaksi

Wartawan Kompas M. Sjafe’i Hassanbasari dan Asep Setiawan tanggal 4 Maret 1991 bersempatan melihat-lihat Kuwait City, ibu kota Kuwait, setelah dibebaskan pasukan multinasional. Kesan-kesannya akan diturunkan lewat tulisan berikut.

TEPAT dua jam setelah terbang dari Riyadh, ibu kota Arab Saudi, pesawat militer Hercules C-130 milik Royal Saudi Air Force mendarat mulus di bandara udara Kuwait City Senin pagi (4/3). Jam menunjukkan pukul 09.00 waktu setempat. Tanpa diduga, sepasang penumpang yang juga terbang bersama kami ternyata Paul Findley dan istri, pengarang buku They Dare to Speak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Mereka Berani Bicara. Buku ini mengungkapkan seluk-beluk lobi Yahudi yang banyak mempengaruhi kebijakan AS mengenai masalah Timur Tengah, sehingga ia tidak disukai oleh Pemerintah Israel dan kaum Yahudi di AS karena kecamannya itu. Mantan anggota Kongres AS dari Illinois sekitar 20 tahun dan juga kolumnis ini juga ingin melihat dari dekat suasana di Kuwait setelah dibebaskan dari pendudukan Irak.

 

Begitu keluar dari pesawat terasa perpaduan antara sengatan matahari dan tiupan angin dingin yang menusuk kulit. Aroma perang masih keras tercium. Di bandara yang kini hanya berfungsi sebagai pangkalan militer terpancar suasana mencekam, tapi keadaannya tidak seperti yang dibayangkan semula. Ternyata keadaan bandara relatif masih utuh. Kerusakan berat hanya menimpa menara pengatur lalu lintas udara dan bangunan ruang tunggu penumpang yang berantakan, sedangkan landasan pacu berkondisi baik. Pada suatu sudut ada bangkai dua pesawat komersial. Sebuah pesawat B-747 milik British Airways hanya tinggal bagian ekor bergambar logo maskapai penerbangan ini, dan di sampingnya ada reruntuhan pesawat DC-9 milik Kuwait Airways yang hanya berupa gundukan logam.

Selama penerbangan dengan pesawat pengangkut militer yang dimodifikasi seperti pesawat komersial, sejauh-jauh mata memandang nun di bawah sana hanya padang pasir gersang berwarna coklat muda. Loreng warna coklat muda itu pula yang menjadi pakaian tempur pasukan multinasional. Sandi yang digunakan pun dikaitkan dengan padang pasir, yaitu “Desert Shield (Perisai Padang Pasir)” semasa Krisis Teluk, kemudian diubah menjadi “Desert Storm” (Badai Padang Pasir) setelah krisis meningkat menjadi perang.

Begitu mendekati wilayah Kuwait, udara di luar seperti berkabut. Asap hitam dari sumur minyak yang terbakar membubung tinggi ke udara membentuk payung raksasa. Kobaran api ratusan sumur minyak terbakar itu tampak jelas dari jendela pesawat. Sulit membayangkan bagaimana mematikan api yang berkobar-kobar, walaupun dari udara tampak seperti lilin-lilin kecil. Sumber daya alam yang menjadi salah satu faktor penyebab perang itu terbuang percuma. Emas hitam yang seharusnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia dirusak, sehingga meracuni lingkungan hidup.

Jika dari ladang minyak yang kecil saja sudah begitu banyak asap yang mengakibatkan udara seperti mendung, tidak dapat dibayangkan keadaan udara di sekitar ladang-ladang utama minyak Kuwait. Pernah disiarkan foto yang menggambarkan udara di seberang kota perbatasan Khafji pada siang hari. Matahari tertutup oleh asap hitam yang tebal. Kota kecil Arab Saudi dekat perbatasan Kuwait ini sempat dikuasai beberapa hari oleh tentara Irak sehingga memberikan dampak psikologis yang mencuatkan tentang suatu ketangguhan.

    ***

SEBELUM berangkat ke Kuwait dari Riyadh Conference Palace tempat kami menginap, pejabat Kementerian Penerangan Arab Saudi dan Protokol Kerajaan yang mengatur perjalanan menyarankan kepada para wartawan untuk membawa bekal seperti air, roti, dan buah-buahan.

 

“Di Kuwait tidak ada makanan. Tentara Irak telah mencuri semua yang ada di Kuwait. Mereka telah mengangkutnya ke negaranya,” seloroh Nabil Murad, staf Kementerian Penerangan yang mengantar rombongan.

 

Rombongan wartawan Indonesia berjumlah enam orang, yakni dua dari Kompas, dan masing-masing satu orang dari Pelita, Berita Buana, Harian Terbit, dan Media Dakwah. Dari Malaysia empat orang wartawan terdiri dari tiga personel RTM dan seorang dari kantor berita Bernama.

 

Di bandara Kuwait City yang lengang, bahaya masih mengintip. Kami diingatkan tetap berhati-hati karena masih banyak ranjau. Tentara multinasional dari kontingen Amerika dan Inggris tampak siaga walaupun terkesan lebih santai. Tidak ada seorang sipil pun berada di lokasi vital ini. Semuanya serba militer. Di dekat sebuah truk militer yang diduga merupakan kendaraan komunikasi, seorang tentara AS kulit hitam sedang mencuci pakaian. Kelelahan masih terbayang di wajahnya, tapi ia membalas sapaan dengan ekspresi ceria sambil mengacungkan jari membentuk huruf “V” (Victory).

Puluhan helikopter tempur Apache dan jenis lainnya serta pesawat transpor Hercules berjejer. Sementara itu beberapa helikopter mengadakan patroli dari udara, dan di seberang lain sebuah jip militer AS yang dilengkapi senjata mesin mengadakan patroli mengitari bandara. Suasananya betul-betul masih mencekam.

 

Sebuah hanggar besar miliki Kuwait Airways bagian atas dan bagian sampingnya hancur, mungkin bekas bom yang dijatuhkan dari pesawat multinasional. Pecahan kaca dan peralatan kantor berserakan. Dari kenyataan yang ada, tampaknya serangan udara kekuatan multinasional untuk merebut bandara cukup akurat. Kerusakan diupayakan seminimal mungkin, terbukti dari tetap mulusnya landasan pacu di bandara. Di tempat parkir mobil di luar bandara, pemandangan yang pertama terlihat adalah belasan mobil sedan yang dihancurkan tentara Irak pada serangan tanggal 2 Agustus 1990.

Di jalan aspal berserakan kelongsongan peluru maupun peluru-peluru yang belum terpakai. Pada suatu sudut taman ada sebuah lubang perlindungan bekas tentara Irak mengawasi jalan masuk ke bandara
udara.

    ***

DALAM situasi lepas perang, memang kita harus sudah mengantisipasi segala kemungkinan termasuk peluang untuk bisa melihat dari dekat Kuwait City. Karena itu wajar kalau semula ada rasa pesimis mendapatkan kendaraan yang bisa mengangkut kami ke kota. Alhamdullilah, setelah sekitar satu jam menunggu akhirnya Nabil berhasil mendapatkan mobil pick-up bak terbuka dengan persediaan lima jerigen bensin. Seorang pengawal bersenjata M-16, Kapten Angkatan Udara Kuwait bernama Al Adwani mengantar rombongan wartawan dari dua negara serumpun berkeliling ke seluruh penjuru Kuwait City. Ketika Irak menyerbu Kuwait 2 Agustus 1990, penerbang helikopter antitank ini sempat menyelamatkan sebuah pesawat helikopter ke wilayah Arab Saudi. Ia kemudian mendapat gemblengan baru ilmu perang sehingga rasa percaya diri tetap terpelihara. Tapi ia sama sekali tidak berkomentar mengapa banyak satuan militer Kuwait yang melarikan diri.

 

Memasuki ibu kota Kuwait, suasana mencekam semakin terasa. Kota modern yang sebelumnya terkenal bersih ini tidak terawat, namun keadaannya dapat dikatakan masih utuh walaupun di sana-sini tampak gedung-gedung yang hancur atau bekas terbakar. Toko-toko tutup dan kehidupan kota masih sangat terbatas. Ada sebuah restoran yang buka tapi tidak jelas apakah sudah berfungsi karena tidak tampak ada pengunjung. Bangkai mobil-mobil mewah di kiri-kanan jalan menjadi saksi mati kisah yang menyedihkan. Di pelataran sebuah toko mobil yang gedungnya hangus terbakar, tampak belasan mobil yang hancur. Sebagian besar dari mobil yang bergelimpangan itu bannya atau bagian penting lainnya telah dipreteli. Tidak begitu jelas apakah mobil yang ringsek itu akibat serangan udara atau sengaja dirusak.

 

Di sebuah jalan simpang, Al Adwani menunjukan sebuah mobil yang jatuh dari atas jalan layang. “Itu perbuatan tentara Irak,” katanya, sambil menunjuk tempat yang pernah menjadi check point tentara Irak.

 

Kini, di tiap persimpangan ada pos pemeriksaan oleh anggota pasukan multinasional atau tentara Kuwait dibantu para sukarelawan bersenjata. Para sukarelawan ini terdiri dari anggota perlawanan

 

Kuwait semasa pendudukan Irak. Mereka umumnya mahasiswa dan pemuda. Di salah satu bagian kota ada sekelompok orang yang duduk di tanah dijaga petugas karena identitas mereka diragukan. Tindakan pembersihan terhadap anasir pro-Irak memang tengah dilancarkan. Seperti diungkapkan Adwani, warga Palestina yang pro-Irak dan mereka yang bekerja sama dengan tentara pendudukan, kini diuber.

 

Bendera Kuwait muncul kembali di mana-mana. Bahkan di depan sebuah rumah tergantung bendera Kuwait dalam ukuran sangat besar. Di rumah lainnya terpampang foto Emir Kuwait Sheikh Jaber al-Ahmad al-Sabah dan Putra Mahkota Sheikh Saad Abdullah al Sabah. Putra Mahkota ini bersama sejumlah pemimpin lainnya tiba kembali di tanah airnya dari pengasingan di Arab Saudi, setelah kami kembali ke Riyadh.

Berkat pengawalan Kapten Al Adwani, rombongan kami bebas dari pemeriksaan dan petugas pemeriksa mengucapkan salam atau mengacungkan tangan membentuk huruf “V” (kemenangan). Salam kemenangan ini juga dilontarkan oleh penumpang mobil pribadi yang sudah mulai banyak berlalu-lalang. Mereka hanya putar-putar keliling kota untuk melampiaskan kegembiraan. Di setiap pompa bensin terdapat antrean panjang mobil pribadi warga Kuwait City.

 

Al Adwani menunjukan sebuah tugu yang sebelumnya ditempeli foto Presiden Irak Saddam Hussein. “Dulu ada foto Saddam, tetapi dicopot oleh tentara perlawanan Kuwait,” ujar Adwani. Di sebuah ladang pertanian modern, persis di pintu sebelah kiri masih terpampang dua gambar Saddam yang sudah robek sebagian. Uniknya, menjelang pintu masuk terdapat gambar Sheikh Jaber al-Ahmad al-Sabah.

 

Mobil kami berpapasan dengan truk yang ditumpangi sejumlah pekerja asal Mesir. Mereka membawa gambar Presiden Mesir Hosni Mubarak dan bendera Kuwait. Di sebuah jalan ada dua pria berjalan kaki; yang seorang membawa gambar Mubarak sedangkan yang lainnya membawa bendera Kuwait. Ini merupakan ungkapan persahabatan dari warga Mesir yang bekerja di Kuwait, atau juga kebanggaan atas peran Mesir dalam pembebasan Kuwait. *** (bersambung)

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Kecepatan dan akurasi

07 Thursday Sep 2006

Posted by Setiawan in Archive, Teknik Penulisan

≈ Leave a comment

Salah satu hukum tidak tertulis dalam bidang pemberitaan adalah kecepatan. Seorang wartawan di lapangan dituntut secepatnya melaporkan apa yang terjadi di bidang liputannya. Semakin cepat semakin unggul media itu. Kantor berita dan berita online andalannya adalah kecepatan.

Selain kecepaan, akurasi juga penting. Kecepatan harus diimbangi dengan tanggung jawab dalam pemberitaan. Jangan sampai ingin cepat, tidak ada konfirmasi lagi. Hal ini bisa fatal terjadi misalnya ketika memberitakan meninggalnya seorang pejabat tinggi atau mantan menteri.

Keluarga mereka bisa jadi menuntut  medianya. Akurasi bisa dicapai antara lain dengan double check. Jangan mengandalkan satu sumber. Cek silang selalu setiap info sebelum dilepas melalui media.

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Selalu melakukan double check

31 Thursday Aug 2006

Posted by Setiawan in Archive, Teknik Penulisan

≈ Leave a comment

Jangan malu bertanya. Kalau perlu berulang kali. Jabatan, nama gedung, nama perusahaan, nama negara bahkan nama seseorang perlu ditulis dengan akurat. Jika kita ingin mendapatkan berita dan laporan akurat jangan malu bertanya lagi mengenai nama dan jabatan yang diwawancara.

Baru-baru ini saya wawancara Pak Rusman Heriawan. Sebelumnya beliau menjabat Deputi  Kepala BPS dan bulan Agustus beliau mengatakan sudah dua bulan menjadi Kepala Badan Pusat Statistik. Hal itu diketahui karena saya bertanya ulang, jabatannya apa yang terakhir.

Penjelasan Pak Rusman Heriawan memberikan koreksi yang sangat penting dalam unsur berita. Kenaikan pangkat sering terjadi oleh sebab itu nama perlu dicek ulang. Cek ulang seluruh fakta yang diterima. Bersikaplah skeptis.

Nara sumber akan senang apabila nama dan jabatannya tepat diberitakan. Itulah pentingnya cek ulang dalam penulisan laporan.

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...
← Older posts
Newer posts →

Recent Posts

  • Bencana Alam di Sumatera: Pemicu dan Solusi Berkelanjutan
  • Statecraft 3.0: AI dan Masa Depan Diplomasi
  • Perang Dagang Amerika-China 2025: Analisis Implikasi terhadap Ekonomi Asia Tenggara
  • Strategi Palestina Pasca Pengakuan Internasional
  • Perjuangan Palestina: Dari Pengakuan ke Kedaulatan Efektif

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Academic Profile
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Subscribe Subscribed
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Subscribe Subscribed
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
%d