• Home
  • About
  • International Relations
    • Journal Articles
    • Books
  • Journalism
    • Karya Jurnalistik
  • Commentary
  • Lecture
    • Politik Luar Negeri Indonesia
    • Pengantar Hubungan Internasional
    • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Academic Profile

Jurnal Asep Setiawan

Jurnal Asep Setiawan

Category Archives: Persiapan

Persiapan tes bidang jurnalistik

23 Wednesday Aug 2006

Posted by Setiawan in Archive, Persiapan

≈ 2 Comments

Salah satu hambatan untuk memasuki dunia jurnalistik meskipun memiliki kemampuan dan minat adalah gagal dalam tes. Ujian saringan seringkali lebih sulit daripada pekerjaan jurnalistiknya sendiri. Sebabnya, tes saringan untuk sebuah bidang kerja memiliki aturan sendiri. Mereka yang tersaring belum tentu yang terbaik. Sama halnya dengan mereka yang tersingkir dalam saringan bukan berarti mereka buruk kualifikasinya.

Namun jelas mereka yang mempersiapkan diri lebih baik akan mendapatkan hasil lebih optimis. Ada beberapa hal dalam tes kerja yang perlu diperhatikan.

1. Psikotes. Pintu masuk ke sebuah profesi tergantung dari para psikolog. Merekalah yang menentukan seseorang memiliki potensi berkembang atau tidak akan berkembang. Indikatornya dilihat dari ujian psikotes berupa uji intelegensia, emosi, kepribadian, kreatifitas dan berbagai aspek yang secara ilmiah hanya bisa diterima terutama oleh mereka dari bidang psikologi. Tentu saja Anda yang akan mengikuti ujian harus mengikuti alam pikiran psikolog mengenai seseorang yang akan menyumbang karya yang baik ke sebuah lembaga. Mempelajari cara-cara menjawab tugas psikotes merupakan langkah awal. Jangan lupa mencari berbagai tes psikologi di toko buku dan pelajarilah. Inilah salah satu persiapannya.

Lebih baik lagi kalau Anda bertanya kepada rekan atau ahli psikologi mengenai bagaimana sebaiknya menjawab pertanyaan. Bagaimana sebaiknya menjawab dan bagaiman jawabannya yang memuaskan psikolog adalah lebih penting daripada yang Anda sukai dalam tes pertanyaan. Seringkali kita terjebak mengikuti kata hati, bukan alam pikiran psikolog mengenai indikator bagaimana sifat seorang pekerja yang akan direkomendasikan untuk diwawancara dalam tahap berikutnya.

Meskipun demikian tentu saja tidak semua tes diawali dengan ujian kepribadian. Ada pula yang langsung saja kepada bidang profesinya. Namun tidak ada salahnya mempelajari beberapa bentuk pertanyaan psikotes. Diantara yang penting adalah permintaan Anda menggambar. Yang baik kata seorang psikolog adalah menggambar seorang manusia yang tampil dinamis seperti sedang bekerja atau beraktivitas. Jangan sekali-kali menggambar manusia atau benda apapun yang terlihat statis. Tafsir psikolog, mungkin benar atau tidak, Anda tergolong seorang yang statis, tidak kreatif dan tidak dinamis.

2. Tes bahasa. Bahasa Inggris biasanya disodorkan sebagai salah satu uji coba bagi Anda. Janganlah takut terlebih dahulu. Dan biasanya banyak orang yang sebal dengan ujian bahasa karena pengalaman buruk ketika sekolah. Sebaiknya sikap ini diubah. Sikap mengesampingkan bahasa yang baik adalah bagian sikap tidak profesional. Sikap mengabaikan bahasa terutama Inggris tentu merupakan pelarian yang tidak akan memberikan prospek kepada karir di bidang jurnalistik. Bukankah sebagian besar komunikasi di dunia ini dengan bahasa Inggris. Kuasailah ! Setidaknya secara pasif.

Tes tertulis bisa dicoba dengan berbagai bahan. Tes wawancara bisa dicoba dengan teman atau mengikuti percobaan di sebuah tempat kurus. Apapun bentuknya, tes bahasa adalah bagian penting.

3. Tes profesi. Bidang profesi Anda juga akan diuji apakah di bidang radio, surat kabar atau televisi. Jika Anda memasuki dunia radio, maka suara akan dites dengan membaca berita. Salah satu teknik persiapannya adalah rekamlah suara Anda ketika membaca berita. Ambillah dari televisi atau radio script berita kemudian bacalah seperti halnya penyiar yang Anda dengar.

Jika anda mau memasuki RRI atau VOA maka radio bersangkutan perlu di dengar dengan seksama, gaya pembicaraanya dan beberapa kebiasaan di dalamnya. Dengar lalu praktekan. Inilah bentuk persiapan yang tidak begitu sulit. Diperlukan sedikit kesabaran dengan kemampuan suara kita. Warna suara Anda mungkin khas jadi janganlah dihilangkan begitu saja.

4. Tes wawancara. Inilah bagian paling sulit. Banyak yang gagal gara-gara tidak lancar dalam menjawab atau kebablasan sehingga tidak mengundang simpatif pewawancara. Banyak tips dan teknik wawancara yang bisa dipelajari. Namun intinya, ketika wawancara Anda harus menunjukkan kemampuan menjual kemampuan dan layak diterima lembaga yang dituju karena memang tenaga Anda luar bisa bagusnya. Semangat menjawab dan semangat berdiskusi merupakan kiat penting untuk memberi kesan kesungguhan selain tentu pengetahuan mengenai lembaga yang dituju.

Jika Anda harus melakukan wawancara dalam bahasa Inggris, salah satu caranya adalah berlatih dengan teman atau rekan profesional. Buatlah latihan tanya jawab dengan kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan misalnya, mengapa Anda berminat bergabung dengan kami ? Apa yang Anda bisa sumbangkan ? Berapa gaji yang Anda inginkan ? Berlatihlah, jangan sampai Anda membuat jawaban secara spontan tanpa persiapan. Kecuali Anda memang sering melakukan wawancara atau diwawancara, kemampuan ini perlu dipersiapkan dengan baik. Kesan pertama Anda dalam wawancara akan lebih menentukan ketimbang angka dalam ujian tertulis.

5. Tes kesehatan. Sebagai pamungkas tentu saja Anda akan diminta laporan kesehatan menyeluruh. Dimanapun sebuah lembaga tidak ingin merekrut orang sakit. Jadi jagalah kesehatan Anda.

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Mengatur waktu wawancara liputan

26 Wednesday Jul 2006

Posted by Setiawan in Persiapan

≈ 2 Comments

Salah satu cara mendapatkan berita yang eksklusif dan penting adalah dengan wawancara. Wartawan akan dituntut wawancara dalam liputan di lapangan. Wawancara bisa berlangsung dengan orang biasa di pinggir jalan atau sejumlah kalangan yang memiliki jabatan. Keduanya sangat menentukan dalam membuat laporan akhir.

Khusus untuk wawancara nara sumber penting ada sejumlah etika yang perlu diingat.

1. Nara sumber adalah penting dan didudukkan sebagai seorang yang terhormat. Meskipun di pandangan wartawan barangkali ada kelemahan dari segi latar belakang, tindakan atau pandangannya namun tetap menempatkan mereka sebagai orang yang terhormat dan layak untuk didengar pendapatnya. Salah satu “penyakit” kalau boleh dikatakan seperti itu adalah arogansi wartawan sendiri dalam menghadapi nara sumber yang dipandangnya tidak intelek tetapi memiliki posisi penting dalam pemberitaan sehingga pengejaran nara sumber menjadi lemah karena selera sang wartawan yang tiadk cocok dengan sang nara sumber. Karena penting maka berusaha untuk mendapatkannya meskipun menunggu berjam-jam atau beberapa hari karena memegang kunci dalam keseluruhan laporan.

2. Sebaliknya seorang jurnalis juga seharusnya profesional tatkala menemui nara sumber. Dirinya ditempatkan sebagai bagian dari kelompok intelektual yang berusaha memaparkan sebuah informasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Wawancara memang satu dan terbatas namun akan dirangkaikan dengan latar belakang dan mosaik berita lainnya maka akan menjadi utuh gambaran sebuah masalah atau gambaran nara sumber. Sikap profesional ini penting sehingga rangkaian pertanyaan disiapkan, riset dilakukan dan juga saat menemuinya tentu berusaha untuk meminta ijin waktu. Kalau perlu jika nara sumber sibuk dibuat janji berapa jam lagi akan menemuinya.

3. Selain keuletan mencari nara sumber, ajudan, asisten, sopir dan pembantu nara sumber kadang-kadang penting untuk menjalin kontak dengan majikannya. Mereka adalah corong dari nara sumber sehingga perlu menjalin hubungan baik dengan mereka. Kadang-kadang janji dengan menteri, gubernur, bupati atau bahkan walikota perlu memakan waktu lama.

4. Tidak lupa mengucapkan terima kasih meski mungkin mendapatkan sedikit berita dan informasi. Sikap profesional seperti ini berguna untuk masa mendatang apabila akan menjalin hubungan lagi seandainya nara sumber karirnya naik misalnya di bidang kepolisian atau departemen.

5. Dalam banyak hal menjalin janji dengan nara sumber penting harus tetap stand by apakah selesai rapat atau selesai acara keluarga. Sikap stand by merupakan sebuah tindakan profesional dengan karena ini merupakan bagian dari tugas jurnalistiknya. Seseorang yang sembrono dengan meninggalkan nara sumber penting dengan alasan malas menunggu atau nara sumber dianggapnya arogan akan menjadi kebiasaan buruk yang menghambat karir jurnalistiknya. Kadangkala seorang menteri atau pengusaha begitu sibuknya sehingga di menit terakhir membatalkan janji wawancara. Sikap menghadapi situasi tidak menentu di lapangan akan dikaji dalam tulisan lainnya.

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...

Tips masuk dunia jurnalistik (2)

24 Monday Jul 2006

Posted by Setiawan in Persiapan

≈ 30 Comments

Ada sebuah nasihat dari seorang pakar marketing dan karir. Kebanyakan orang untuk mengambil sebuah karir adalah tidak mengambil keputusan. Orang ragu-ragu apakah karir yang akan dimasuki memiliki masa depan baik? Atau cocokkah dengan karakter saya ? Apakah saya mampu ? Saya tidak punya keahlian di bidang ini sebelumnya ? Saya tidak punya pengalaman menulis ?

Sang pakar ini memberi nasihat. Putuskanlah terlebih dahulu. Buatlah keputusan. Pilihlah jalan hidup Anda! Demikian apa yang disarankannya. Diterima atau tidak, kadang-kadang kita tidak memutuskan terlebih dahulu mau kemana.

Jika Anda memutuskan masuk dunia jurnalistik apakah sebagai wartawan bidang media cetak atau elektronik, segera ambil. Jangan menunggu sampai habis waktu kita. Bertanyalah mengenai prospek di bidang ini kepada sahabat, rekan atau orang yang bisa diminta pertimbangkan.

Setelah mengambi keputusan, tuliskanlah. Tuliskan keputusan itu diatas sehelai kertas atau di sebuah file atau di sebuah blog. Tuliskan dengan rinci tujuan Anda dalam karir itu. Tidak menuliskan secara eksplisit untuk keperluan Anda sendiri, maka keputusan itu tidak lain adalah harapan kosong.

Jika kita memutuskan sesuatu kemudian menuliskannya, maka energi akan menyatu antara harapan dan kenyataan. Antara apa yang dipikirkan dengan apa yang akan terjadi. Tangan dan pikiran serta seluruh energi dalam tubuh Anda tersalur kedalam tulisan itu. Keputusan tidak akan jadi harapan kosong. Keputusan itu telah menjadi energi.

Langkah selanjutnya akan mengikuti keputusan yang ditulis itu. Langkah-langkah berikutnya akan beranjak dari keputusan yang telah ditulis. Tidak percaya ? Coba tuliskan, apa yang Anda kehendaki dengan masuk dunia jurnalistik. Lalu apa langkah-langkah berikutnya. Tanpa ada rincian, sekali lagi keputusan itu tinggal angan-angan Anda.

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
  • Click to print (Opens in new window) Print
Like Loading...
← Older posts
Newer posts →

Recent Posts

  • Bencana Alam di Sumatera: Pemicu dan Solusi Berkelanjutan
  • Statecraft 3.0: AI dan Masa Depan Diplomasi
  • Perang Dagang Amerika-China 2025: Analisis Implikasi terhadap Ekonomi Asia Tenggara
  • Strategi Palestina Pasca Pengakuan Internasional
  • Perjuangan Palestina: Dari Pengakuan ke Kedaulatan Efektif

Archives

Categories

My Tweets

Pages

  • About
  • Academic Profile
  • Bahasa Inggris Diplomasi
  • Karya Jurnalistik
  • My Books
  • Pengantar Hubungan Internasional
  • Politik Luar Negeri Indonesia

Create a website or blog at WordPress.com

  • Subscribe Subscribed
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Jurnal Asep Setiawan
    • Subscribe Subscribed
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
%d