Saya baru saja membaca sebuah artikel yang menyatakan, meskipun pemboman bertubi-tubi terhadap Libanon, siaran televisi Al Manar milik Hizbullah hanya terganggu sekitar sepuluh menit ! Itupun karena markas televisi mereka dibombardir.

Sampai akhir gempuran sekitar sebulan, siaran Al Manar tidak terganggu sama sekali. Israel tidak bisa mengejar dan melacak darimana siaran itu dipancarkan. Bahkan para wartawan pun tidak membuka mulut darimana pusat siaran yang berjalan mulus itu dipancarkan.

Wartawan memang harus memiliki kecerdikan dalam peliputan. Wartawan stasiun Hizbullah tidak mau kalah menghadapi gempuran militer Israel. Siaran selama 24 jam berjalan tanpa terganggu oleh situasi militer. Disinilah salah satu pelajaran penting betapa pemberitaan dan peliputan tetap harus bisa diterbitkan atau disiarkan apapun yang terjadi.

Wartawan dituntut memiliki komitmen untuk tetap memberitakan perkembangan terakhir kepada masyarakat dan dunia mengenai sikap dan pandangannya. Komitmen untuk tetap terbit dalam situasi apapun telah ditunjukkan koran Serambi Indonesia di Aceh. Kalau tidak salah hanya terganggu satu hari, koran ini langsung terbit dari tempat darurat dan disertai komitmen jajaran wartawan untuk tetap hadir mengunjungi pembacanya.

Kecerdikan, komitmen dan ketahanan fisik merupakan sebuah hal penting dalam penerbitan.