Beberapa negara pernah saya kunjungi di Timur Tengah mulai Arab Saudi sampai dengan Mesir. Satu hal terpikirkan mengenai Timur Tengah adalah udaranya yang panas, gurun pasir dan orang-orang Arab.

Di Timur Tengah, selain bahasa Arab, bahasa pengantar sehari-hari bahasa Inggris. Banyak orang Arab apalagi yang terpelajar lancara berbahasa Inggris. Di negara-negara Teluk mereka sangat dipengaruhi oleh teknologi dari Barat mulai dari transportasi sampai peralatan medis dan komunikasi. Di Arab Saudi, peralatan medianya canggih meskipun content media nya mendapatkan pengawasan.

Khusus di Arab Saudi, kehadiran wartawan sangat diperhatikan. Nyamur pers, begitu istilah di Indonesia, akan diawasi dengan ketat apabila kedatangannya memang khusus urusan dengan media. Kecuali kedatangannya ada kaitan dengan umroh atau haji, maka pengawasan terhadap kalangan media jangan dianggap remeh.

Salah-salah Anda bisa masuk penjara gara-gara memotret sembarangan. Dilarang memotret tempat suci di Mekkah dan Medinah, dilarang memotret instalasi militer, kantor polisi, kantor pemerintahan dan tempat-tempat yang dianggap sensitif.

Saya pernah mengalami ketika kunjungan ke Mekkah bersama rombongan dan diantar oleh pejabat dari bagian penerangan, hampir dicengkram oleh polisi agama dan polisi reguler. Ceritanya setelah umrah kami masuk gedung penerima semacam hotel namun gatal untuk mengabadikan Masjidil Haram, maka ditariklah kamera ini dan hal yang sama dialami oleh kameraman Malaysia yang masih berada di rombongan. Karena kamera saya kecil, langsung dimasukkan saku tetapi kamera televisi Malaysia tertangkap basah. Maka terjadi rebutan dan omelan antara petugas penerangan yang berusaha menarik sang kameraman masuk ke hotel di samping Masjidil Haram dengan polisi agama yang meminta agar kamera diambil dan kasetnya biasanya dihancurkan.

Akhirnya dengan suara yang saling berdebat, petugas penerangan bisa membawa sang kameraman aman kembali ke hotel. Dia tidak marah, namun diingatkan lagi dilarang memotret Masjidil Haram.

Memotret perempuan di tengah keramaian pun walaupun maksudnya mengambil gambar gedung didekatnya bisa jadi urusan panjang.

Nasihat utama bagi kalangan media bila datang ke Saudi, jangan sampai ambil gambar ketahuan oleh aparat keamanan. Lihat kiri kanan, depan dan belakang baru memotret terutama di tempat sensitif. Tentu saja kalau hanya di depan hotel atau dipinggir pantai bisa saja dilakukan namun sekali lagi hindari askar atau polisi jika tidak mau urusan berpanjang lebar, kamera dibanting atau filmnya dicopot terus dibuang.

Mengambil foto saja sulit apalagi wawancara. Tidak bisa sembarangan orang di jalan diwawancara atau didekati. Apalagi berhadapan dengan kaum hawa, jangan coba-coba mendekat karena di Arab Saudi kaum hawa biasanya berjalan dengan pendampingnya.

Wawancara hanya bisa dilakukan setelah ada appointment dengan nara sumber. Apakah itu pejabat, pengusaha atau tokoh masyarakat biasanya harus ada indentitas jelas siapa kita.

Liputan ke Arab Saudi juga tidak sembarangan bisa dilakukan. Tanpa ijin jangan coba meliput di sana kecuali kalau kita ikut rombongan pejabat Indonesia dan berkesempatan melihat-lihat ke sekeliling serta melakukan observasi silahkan saja. Namun kalau sengaja membawa kamera, menulis dan mewawancara dengan tapa recorder, ketahuan oleh aparat bisa langsung diseret ke kantor polisi.

Masyarakat juga kadang-kadang merasa terganggu dengan kehadiran juru media ini. Namun sebagian masyarakat juga ada yang senang berfoto bersama kalau kita menunjukkan sikap bersahabat. Dan biasanya orang Indonesia memang sudah dikenal cukup bersahabat dengan masyarakat lokal.

Jangan khawatir kekurangan orang Indonesia di Arab Saudi. Hampir kemanapun, ke kota di luar Mekkah,Medinah, Jeddah dan Riyadh bisa ditemui warga Indonesia. Setidaknya mereka bekerja di hotel atau menjadi sopir kendaraan. Ini bisa menjadi nara sumber penting untuk penulisan laporan.

Jika datang ke Saudi kemudian membahas masalah tenaga kerja Indonesia mungkin tidak menjadi masalah. Namun jika kita bermaksud menulis mengenai kondisi monarki, keluarga kerajaan, demokratisasi dan kebebasan pers, berikan sedikit ekstra perhatian terhadap gaya penulisan dan fakta-fakta yang ditulis.

Di Indonesia pun Anda tidak luput darai pengamatan pihak Kedutaan Arab Saudi. Tentu kalau media Anda cukup besar dan liputannya menyeluruh maka ada kemungkinan bila terjadi penilaian negatif akan menjadi urusan dibelakang hari, artinya mungkin tidak diijinkan lagi berkunjung lagi.

Namun pada umumnya berhubungan dengan pejabat dan pengusaha Saudi, sama dengan nara sumber lainnya. Bisa gampang dan bisa juga susah.