Liputan di lapangan tidak hanya sekedar memiliki angle yang tepat dan teknologi yang memadai tetapi da satu faktor lain yang dibutuhkan dalam dunia jurnalistik, yakni kecepatan.

Sehebat apapun seorang wartawan kalau sudah lewat deadline, berita itu tidak bisa dimuat, demikian kata guru saya ketika di tempat pelatihan Kompas, Anggrek.

Memang benar, kehebatan seorang jurnalis diuji oleh terbatasnya waktu. Waktu adalah musuh utama dalam peliputan. Sadar akan waktu merupakan masalah penting ketika berada di lapangan. Seorang wartawan yang diterjunkan ke lapangan seringkali berfikir bahwa inilah berita yang paling hebat, paling besar saat itu dan paling mungkin dijadikan headline.

Namun ilusi ini akan berbeda dengan pandangan editor yang melihat peta pemberitaan secara menyeluruh. Pandangan yang berlebihan terhadap berita yang dimuat seringkali menyebabkan keterlambatan. Salah satu penyebabnya, berita yang diliput seolah-olah yang terbesar -misalnya sidang MPR atau kecelakaan mobil beruntun di jalan tol – mempengaruhi pandangan kita di lapangan sehingga lepas dari kehebatan berita lainnya.

Tantangan terhadap deadline ini lebih hebat lagi bagi surat kabar yang terbit tengah malam dan radio yang harus segera mengambil manfaat dari perkembangan terbaru ini. Dengan demikian sadar akan deadline merupakan bagian dari wawasan jurnalis yang langsung berada di lapangan di tengah panasnya siang atau dinginnya malam atau di tengah hujan lebat.

Kecepatan ini semakin dibutuhkan tatkala perbedaan waktu dengan Indonesia sudah mencapai setengah hari. Liputan di London cukup berat. Perbedaan waktu enam sampai tujuh jam menyebabkan kecepatan liputan, perencanaan yang tepat serta bahan yang terkumpul cepat ikut mempengaruhi bentuk akhir dari beritanya. Perbedaan enam jam itu berarti, begitu kita bangun pagi di Jakarta dan WIB khususnya sudah siang hari. Jadi hanya butuh waktu enam jam agar berita liputan hari itu masuk dalam sidang rapat dan diperitmbangkan oleh dewan editor.

Lebih-lebih lagi ketika meliput konferensi yang belum selesai, konflik terbuka seperti perang dan menerobos lautan dan hutan untuk liputan khusus. Format straight news atau berita langsung seperti biasa perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan matang jangan sampai tertinggal atau sulit dilengkapi editor yang berada di Jakarta atau kantor utama.

Kesadaran akan waktu juga digunakan ketika menyusun jadwal wawancara di lapangan dengan nara sumber. Jatuh dekatnya diperhitungkan dengan cermat sehingga tidak kedodoran ketika sudah sampai di tempat menginap untuk pengiriman berita. Susunlah wawancara denan para pakar sehingga bisa lebih senggang waktunya untuk menulis. Jangan biarkan, penulisan berita terdesak oleh deadline sehingga mutu laporannya akan rendah.

Powered by Qumana